Sejak kendaraan ini lahir, sudah dapat dipastikan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kendaraan balap. Apalagi, desain bodi yang atraktif bahkan sedikit nyeleneh pada bagian buritan, membuat Audy Dhimas Supriyanto tertarik meminang Honda Brio dengan kode mesin L13A ini.
“Untuk membuatnya lebih bertenaga tidak terlalu rumit. Dikarenakan sharing basic mesin yang hampir serupa dengan saudaranya, Honda Jazz,” terang pemuda berusia 26 tahun ini. Maka dari itu, mesin long block beserta ECU dan wiring milik Jazz GE8 dipindahkan ke ruang mesin Brio.
Metode engine swap dipilih karena mesin L15A7 memiliki performa bagus yang sudah teruji di trek Sentul
Namun mengandalkan tenaga standar 118 DK milik L15A7 tentu tidak cukup untuk bersaing di kelas 15 detik drag race Sentul. Beberapa ubahan harus dilakukan demi bermain di salah satu kelas yang dihuni oleh banyak peserta. Ubahan masih dalam tahap stage 2 normally aspirated, seperti porting polished, reamer throttle body dan full system exhaust. Paling, piston turut oversize 0,25 mm, kemudian tidak lupa kruk as dibalans ulang.
Trik berikutnya adalah eksplorasi sektor penerus daya. “Percuma tenaga on engine besar, tapi yang tersalur ke roda banyak terbuang,” ujar wirausaha muda ini. Maka dari itu, engine mounting custom berbahan polyurethane dipilih untuk menempelkan mesin ke sasis.
Sway bar dan muffler nyeleneh racikan Undercontrol
Memang, akibatnya tidak nyaman ketika dipakai harian, karena getaran akan terasa sampai kabin. Tak hanya itu, kopling dan dekrup wajib diganti dengan tipe heavy duty lansiran ACT untuk memastikan semua tenaga dapat tersalur ke roda dengan maksimal.
Sebagai kendaraan berpenggerak roda depan. Tentu ban depan butuh grip maksimal. Untuk melahap trek 402 meter, cukup pakai Toyo R1R 195/50R15. Sedangkan pelek belakang andalkan racikan Bogart 15 inci yang dipadu dengan ban M and H skinnies ukuran 3.5/22.0-15.
Ayo dong upgrade lagi biar bisa bertarung di kelas 14 detik. Sekarang kan sudah 15,1 detik best time. (mobil.otomotifnet.com)