Hal ini dibuktikan lewat ajang drag race 402 meter beberapa waktu lalu. “Kalau di Thailand sudah tembus 8,5 detik untuk lintasan 402 meter,” ungkap Teddy, panggilan akrabnya.
Merasa tertantang, pria yang rajin bolak-balik Thailand ini ikutan membuat dragster diesel ala Thailand. Uniknya, Toyota Hilux tipe E yang identik dengan pikap single cab, diacak-acak secara bertahap untuk bisa tembus di bawah 12 detik.
MODIFIKASI BERTAHAP
Pikap berkelir hitam dof ini akhirnya mengalami rombakan pada bagian mesin, suspensi, kaki-kaki dan fuel delivery dan cooling system. Pertama kali jadi, Teddy mengklaim peak horse power on wheel masih di bawah 400 dk.
Di atas dyno bench, Hilux hitam nya mampu menorehkan angka 370 dk. Ini lantaran turbocharger besar berlabel Mitsubishi TF06 yang sudah kategori stage 3 di-boost hingga 48 psi atau setara 3,3 bar. Tak hanya itu, ia ikut menambahkan semprotan nitorus oxide. Edan! Tetapi ini belum seberapa karena setiap seri drag race yang diikuti mengalami perkembangan signifikan.
Untuk peak power sebesar itu belum butuh internal engine parts khusus atau heavy duty. Artinya mesin 2KD-FTV berkapasitas 2.500 cc masih perjaka ting-ting dan sanggup disiksa.
Mengantisipasi panas mesin berlebihan saat boost besar masuk ke ruang bakar, Teddy memberi penawar panas berupa water-methanol injection yang dikontrol lewat ECU (engine control unit) versi stand alone buatan ECU-Shop.
Ditambah lagi radiator aluminium berukuran besar yang ditandem dengan 2 buah ekstra fan besar. Saking besarnya radiator, penempatan tak lagi di apron belakang melainkan terpasang di bak belakang.
Sekarang tinggal memikirkan transfer tenaga dari mesin ke roda belakang. Meski masih mengandalkan transmisi standar, pastinya tenaga sebesar itu akan membuat ban overspin bila hanya mengandalkan ban soft compound biasa.
Teddy sudah mempersiapkan sepasang pelek Weld Racing berbahan billet alloy dan ban drag slick merek Hoosier yang sangat kondang di negeri Paman Sam.
Dijamin saat mobil melejit di garis start tak ada gejala spin atau diam di tempat. Benar saja, saat start gejala spin hampir tak ada dan traksi ban bisa merata karena limited slip differential model spool yang tertanam di gardan belakang.
Persiapan mobil dari siang hingga malam, bahkan Teddy bergadang selama 1 minggu penuh, akhirnya berbuah manis. Elapsed time terbaik diraih dengan waktu 13,5 detik di sirkuit Sentul, Bogor. “Wah, enggak terbayang kalau mobil sudah di atas 500 dk nih,” ujarnya girang.
Bukan Teddy namanya kalau sudah cepat puas. Saking penasaran dengan pikap bergaya Thai Dragster-nya ini, Teddy melakukan revisi seputar mesin, cooling system dan weight reduction. “Mau coba ke 11 detik,” bisiknya antusias.
Mesin asli yang 2.500 cc tipe 2KD-FTV diturunkan karena mesin versi 3.000 cc alias 1KD hasil oprekan di negara Gajah Putih sudah tiba. Teddy mengaku tak banyak melakukan ubahan seputar jeroan mesin. “Saya hanya main camshaft versi custom grind,” paparnya.
Tak hanya mengganti mesin, parts penunjang seperti water to air intercooler menggantikan turbo intercooler konvensional untuk mengoptimalkan pendinginan mesin. “Sekali turun saja, air bercampur es batu langsung berubah panas,” ujar pria bertubuh ramping ini.
Selesai dengan mesin, sistem penerus tenaga sekalian riset ulang untuk mengantisipasi torsi dan akselerasi yang lebih besar ketimbang spesifikasi sebelumnya.
Bukannya apa-apa spesifikasi mesin yang tadinya hanya 370 dk, sekarang naik drastis menjadi 600 dk lebih (on wheel). Tak heran bila transmisi yang tadinya manual 5-speed bawaan asli harus sudah ganti dengan girboks khusus drag race bermerek Jerico yang didesain dengan one-way shift.
Transmisi sangar ini dipadukan dengan dekrup dan kopling kompetisi merek Berale agar saat tenaga di-convert ke gardan belakang tak ada gejala slip.
Sama halnya gardan belakang, akhirnya diganti punya Isuzu D-Max versi Thailand dengan ubahan final ratio kepala 3. Upaya ini untuk menahan traksi dari sepasang ban drag slick buatan Hoosier yang bertapak jauh lebih lebar dari sebelumya.
Oh ya..tak hanya ban, pelek sekalian dibelikan yang khsus drag race merek Weld Racing Magnum series yang masih buatan Amerika. “Pelek ini hanya untuk drag race dan tak bisa untuk pemakaian harian,” cetusnya.
Sudah yakin dengan performa mulai dari mesin hingga ke roda belakang, Teddy melanjutkan dengan sistem suspensi alias kaki-kaki belakang. Strange Engineering yang kampiun disoal kaki-kaki dan jadi andalan banyak juara drag race di negara Paman Sam, juga diadopsi ke Hi-Lux yang masih bersasis rigid.
Hasil racikan anyar besutan Teddy dijajal langsung di ajang drag race dengan hasil terbaik 11,7 detik. “Saat heat ke-2, saya nekat tidak pakai alias copot spuyer nitrous oxyde system sehingga semburan N20 paling deras bercampur dengan boost turbo hingga 3 bar,” kelakarnya.
Lagi-lagi mesin 1KD dengan spesifikasi masih standar pabrik terbukti kuat menahan beban sangat besar tadi. Barangkali untuk next year bisa tembus 10 detik.
Semakin sulit saja menandingi the fastest diesel car in Indonesia ini! (mobil.otomotifnet.com)