Event demi event Formula Drift Asia bergulir, dan Manabu Orido, drifter asal Jepang yang memperkuat tim RS-R kembali beraksi mengandalkan Toyota Supra dengan kode sasis JZA80. Walau bukan terbilang kendaraan baru, toh mobil yang sempat dipakai drifter kondang lain asal Jepang, Ken Gushi ketika musim 2010 ini tetap memukau.
Tak sedikit yang bilang kalau Supra terbilang punya bodi besar dan susah dipakai drifting. Hanya saja, berkat rancang bangun tim RS-R Jepang, hasilnya Orido berhasil beberapa kali naik podium.
Hasilnya, sang Supra pun lahir kembali lebih sempurna dan lebih gila menjelang musim kompetisi 2012. Terakhir turun di FD Indonesia 2011 lalu, sang Supra dibawa ke garasi tim di Singapura untuk menjalani beberapa upgrade.
Bodi Asli Supra
"Aku senang dengan desain bodi Supra, dan dengan modifikasi yang cukup. Hasilnya pasti tetap enak kok," ucap drifter yang kerap dipanggil Max Orido ini ketika berbincang dengan OTOMOTIF. Alhasil, dilihat keseluruhan masih kelihatan desain asli Supra dengan ciri khas lampu depan dan belakang yang memanjang.
Hanya saja, body kit yang terpasang dipilih merek Ridox, merek bikinan Orido sendiri. Walau masih memakai model standar Supra, hanya saja seluruh bagian bodi telah berganti serat karbon demi efisiensi bobot. Begitu pun seluruh kaca yang telah beralih dengan material lexan. Lebih enteng namun punya kekuatan berlebih.
Memang, basis mesin 2JZ-GTE yang dipakai belum terlalu berbeda ketika dipakai Ken Gushi. Hanya saja, RS-R pertama kali memegang Supra ini untuk turun di ajang drift. Kit stroker lansiran BC bikin kapasitas melonjak jadi 3.400 cc, dari aslinya 2JZ yang hanya 3.000 cc.
Kombinasinya, turbo Garrett T04Z dibikin dengan boost 1,6 bar demi mencapai power maksimal mesin di kisaran angka 680 dk. Itu pun masih ditambah tenaga ekstra dari suntikan NOS yang tersebunyi di balik jok.
Mesin besar dengan turbo segede gambot itu tentu butuh pasokan bahan bakar berlebih. Hasilnya, SARD dipercaya untuk men-delivery bahan bakar oktan tinggi sebanyak 1.000 cc per menit. Mulai dari fuel rail, sampai ke injektor. Semuanya diatur oleh manajemen mesin asal Motec.
Beda tipis dengan sang jawara Daigo Saito, Orido pun memercayakan sistem transmisi dengan pemakaian girbok sequential asal Getrag 6 percepatan. "Lebih enak dengan pattern I daripada sebelumnya yang punya pattern H," terang drifter yang juga menggemari motor Harley-Davidson ini.
Pun dengan LSD 2-way dari Kaaz yang berguna menyalurkan tenaga besar ke as roda. Orido pun lebih presisi mengatur injakan pedal gas dan rem ketika pedal box yang sering dipakai ketika turun balap turing tersemat di dalam kabin.
Kaki Custom
Kelebihan mobil drifting, tentu harus punya angle setir sempurna dari mobil kebanyakan. Sistem suspensi mulai dari sokbreker dan per tentu pakai RS-R i-Shock Sports.
Hanya saja, untuk mendapatkan angle lebih, tie rod dan knuckle aslinya dimodifikasi. Sedikit beda dengan kebanyakan drifter yang percaya dengan Drift Works ataupun DG-5. Begitu dengan ball joint, walau kepala mekanik ingin menggantinya dengan versi RS-R di seri selanjutnya.
Mirip dengan drifter lain, Orido juga menggunakan roda berdiameter 18 inci untuk menyalurkan seluruh kemampuan tenaga mesin. Tak bisa dianggap remeh, pelek dan ban harus dipilih yang tak hanya ringan, tapi juga kuat menahan beban mobil saat sliding.
Kali ini, pelek Enkei GTC-01 berdiameter 18 inci dengan lebar 9 inci di depan, dan 10 inci untuk belakang, dibalut ban Bridgestone Advan Neova dipercayakan.
Hasilnya, tak hanya mengandalkan teknologi mesin dan segala fitur yang tersemat. Orido ternyata punya kunci lain untuk memaksimalkan sang Supra. Dilihat OTOMOTIF, drifter yang jarang tersenyum ini rajin menonton calon lawan-lawannya dari tribun untuk mempelajari line dan angle yang dipilih. (mobil.otomotifnet.com)
Tak sedikit yang bilang kalau Supra terbilang punya bodi besar dan susah dipakai drifting. Hanya saja, berkat rancang bangun tim RS-R Jepang, hasilnya Orido berhasil beberapa kali naik podium.
Hasilnya, sang Supra pun lahir kembali lebih sempurna dan lebih gila menjelang musim kompetisi 2012. Terakhir turun di FD Indonesia 2011 lalu, sang Supra dibawa ke garasi tim di Singapura untuk menjalani beberapa upgrade.
Bodi Asli Supra
"Aku senang dengan desain bodi Supra, dan dengan modifikasi yang cukup. Hasilnya pasti tetap enak kok," ucap drifter yang kerap dipanggil Max Orido ini ketika berbincang dengan OTOMOTIF. Alhasil, dilihat keseluruhan masih kelihatan desain asli Supra dengan ciri khas lampu depan dan belakang yang memanjang.
Hanya saja, body kit yang terpasang dipilih merek Ridox, merek bikinan Orido sendiri. Walau masih memakai model standar Supra, hanya saja seluruh bagian bodi telah berganti serat karbon demi efisiensi bobot. Begitu pun seluruh kaca yang telah beralih dengan material lexan. Lebih enteng namun punya kekuatan berlebih.
Memang, basis mesin 2JZ-GTE yang dipakai belum terlalu berbeda ketika dipakai Ken Gushi. Hanya saja, RS-R pertama kali memegang Supra ini untuk turun di ajang drift. Kit stroker lansiran BC bikin kapasitas melonjak jadi 3.400 cc, dari aslinya 2JZ yang hanya 3.000 cc.
Mesin besar dengan turbo segede gambot itu tentu butuh pasokan bahan bakar berlebih. Hasilnya, SARD dipercaya untuk men-delivery bahan bakar oktan tinggi sebanyak 1.000 cc per menit. Mulai dari fuel rail, sampai ke injektor. Semuanya diatur oleh manajemen mesin asal Motec.
Beda tipis dengan sang jawara Daigo Saito, Orido pun memercayakan sistem transmisi dengan pemakaian girbok sequential asal Getrag 6 percepatan. "Lebih enak dengan pattern I daripada sebelumnya yang punya pattern H," terang drifter yang juga menggemari motor Harley-Davidson ini.
Pun dengan LSD 2-way dari Kaaz yang berguna menyalurkan tenaga besar ke as roda. Orido pun lebih presisi mengatur injakan pedal gas dan rem ketika pedal box yang sering dipakai ketika turun balap turing tersemat di dalam kabin.
Kaki Custom
Kelebihan mobil drifting, tentu harus punya angle setir sempurna dari mobil kebanyakan. Sistem suspensi mulai dari sokbreker dan per tentu pakai RS-R i-Shock Sports.
Hanya saja, untuk mendapatkan angle lebih, tie rod dan knuckle aslinya dimodifikasi. Sedikit beda dengan kebanyakan drifter yang percaya dengan Drift Works ataupun DG-5. Begitu dengan ball joint, walau kepala mekanik ingin menggantinya dengan versi RS-R di seri selanjutnya.
Mirip dengan drifter lain, Orido juga menggunakan roda berdiameter 18 inci untuk menyalurkan seluruh kemampuan tenaga mesin. Tak bisa dianggap remeh, pelek dan ban harus dipilih yang tak hanya ringan, tapi juga kuat menahan beban mobil saat sliding.
Kali ini, pelek Enkei GTC-01 berdiameter 18 inci dengan lebar 9 inci di depan, dan 10 inci untuk belakang, dibalut ban Bridgestone Advan Neova dipercayakan.
Hasilnya, tak hanya mengandalkan teknologi mesin dan segala fitur yang tersemat. Orido ternyata punya kunci lain untuk memaksimalkan sang Supra. Dilihat OTOMOTIF, drifter yang jarang tersenyum ini rajin menonton calon lawan-lawannya dari tribun untuk mempelajari line dan angle yang dipilih. (mobil.otomotifnet.com)