ECU Stand Alone Lebih Advance Dari Piggyback?

Editor - Jumat, 26 Maret 2010 | 08:35 WIB

ECU Stand Alone Lebih Advance Dari Piggyback? (Editor - )

OTOMOTIFNET Piggyback merupakan sebuah modul yang berfungsi untuk memanipulasi data-data dari ECU ke mesin. “Fungsi piggyback hanya sekedar memanipulasi ECU agar bisa tetap mampu bekerja setelah mesin dimodifikasi,” sahut Ovi.

Sang Manipulator

Secara umum, biasanya piggyback dapat mengakses data-data yang bersifat umum, seperti pasokan bahan bakar, udara dan timing pengapian. Sehingga, “Fitur pengaturannya pun tak selengkap dan se-advance stand alone,” ungkap Victor. Meski pada perkembangannya, fitur pengaturan piggyback semakin advance  “Harganya berkisar antara Rp 4 sampai 6,5 jutaan, belum termasuk ongkos setting dan dyno,” tambah Ovi.

Dengan menggunakan piggyback, secara otomatis tingkat efisiensi akan meningkat tajam sampai 50%. Selain campuran bensin akan bisa menjadi lebih optimal, akselerasi juga meningkat.

Mesin dengan sistem injeksi akan mempunyai karakter tenaga yang lebih merata pada semua lini. Ini lantaran injeksi mempunyai kontrol elektris yang lebih bisa dikontrol value-nya secara komputerisasi.

Untuk mesin yang telah mengaplikasi turbo, piggyback juga mampu mengakomodirnya lewat peranti turbo module, sehingga, “Segala setingan yang berkaitan dengan turbo seperti besaran boost dan setingan ekstra injector-nya, bisa disetel oleh turbo module,” kata Victor.

Namun kemampuan piggyback juga ada batasnya, yakni variasi setelan pada mesin tak bisa se-advance ECU stand alone, karena piggyback kapasitasnya hanya sebagai manipulator kerja ECU.

ECU Stand Alone Lebih Advance

Selain piggyback, ada juga ECU stand alone yang memiliki kemampuan yang jauh lebih advance ketimbang piggyback. ECU stand alone merupakan ECU aftermarket yang dapat diprogram sendiri oleh tuner. Artinya, “ECU stand alone cara kerjanya sama dengan ECU standar mobil, namun pengaturannya bisa kita sesuaikan dengan ubahan yang dilakukan pada mesin,” sahut Ovi.

Pada dasarnya, ECU stand alone dibagi dalam dua jenis, yakni close loop dan open loop. Pada tipe cloose loop, cara kerjanya mirip ECU standar. Karena, “Pengaturannya tak terlalu advance dan cara kerja programnya bersifat narrow band, artinya hanya bekerja maksimal dengan variasi setelan tertentu,” sahut Victor.

Sementara pada tipe open loop, cara kerja programnya bersifat wide band, yang berarti memiliki variasi setelan yang lebih banyak. “Kalau close loop paling enak buat harian yang setingannya tidak terlalu rumit, sementara untuk open loop buat performa mesin yang lebih baik dan umumnya dipakai buat balap,” jelas Ovi.

Karena kemampuan yang lebih advance, maka harga ECU stand alone lebih tinggi ketimbang piggyback, dari Rp 10 jutaan sampai 60 juta.

“Tergantung kemampuan ECU Stand Alone-nya sendiri, semakin advance pengaturannya maka semakin mahal,” sahut Victor.

Namun tak semua ECU stand alone bisa maksimal. “Pada beberapa mobil, ECU stand alone bekerja layaknya piggyback, seperti pada Toyota Aristo dan Nissan Infiniti G35,” terang Victor.

Maksudnya, ECU standar harus tetap terpasang untuk mengatur kinerja pendukung, seperti AC dan komponen elektrikal, namun untuk setingan mesin dapat diatur secara terpisah. “Jadi seperti punya 2 ECU, namun setelan mesin tetap mampu diprogram pada ECU stand alone,” tambah Victor.

Fitur-fitur Terkini pada ECU Stand Alone
LEBIH AMAN


Seiring permintaan atas engine management system yang semakin pintar, para produsen membekali produk engine management dengan segudang fitur canggih.

“Fitur terkini yang umumnya ditawarkan lebih kepada engine protection,” terang Ovi. Sehingga, kerja mesin pun semakin aman meski modifikasi yang dilakukan tergolong ekstrem. Lebih jauh, berikut beberapa fitur-fitur terkini yang menjadi keunggulan engine management.

•    Flat Shift, terdapat pada Haltech, bertujuan saat melakukan perpindahan gigi, maka putaran mesin akan turun sekitar 500 RPM, sehingga pada saat perpindahan gigi, tak perlu mengendurkan injakan gas, maka putaran mesin pun akan turun sendirinya. Efeknya, umur mesin dan transmisi pun akan awet tanpa harus mengorbankan performa.

•    Barometric Controller, masih dari Haltech, yakni fitur yang mampu menganalisa iklim suhu dan tingkat kelembabannya. Karena perbedaan suhu sangat berpengaruh terhadap performa mesin. “Mau balap di Sentul atau tempat lainnya yang memiliki suhu yang berbeda, otomatis mesin akan menyesuaikan, performanya tetap maksimal.

•    Differential Control, terdapat pada MoTeC dan khusus buat mobil penggerak empat roda. Fungsinya untuk mengatur besaran tenaga yang disalurkan pada roda depan dan belakang secara terpisah. Efektif bagi yang berminat turun ajang drifting dan reli, sehingga sebagian besar tenaga mesin bisa disalurkan ke roda belakang.

•    Auto Lock Up, terdapat pada ProEFI yang merupakan terobosan pada ECU stand alone. Auto Lock Up memungkinkan ECU agar mengatur perpindahan gigi pada putaran mesin yang lebih tinggi pada transmisi matik, sehingga lebih responsif. Namun, Auto Lock Up hanya tersedia untuk transmisi matik yang telah diatur oleh komputer.

•    Auto Retard/Knocking Controller, Auto retard pada ProEFI dan Knocking Controller pada Haltech berfungsi sebagai pengaman saat penggunaan bensin yang dibawah standar mesin, maka ECU otomatis akan memundurkan waktu pengapian (retard) agar mesin tak jebol.

•    Boost Controller, lebih advance dari peranti boost controller, karena tak hanya mengukur tekanan boost turno saja, melainkan bisa mengecilkan boost turbo pada saat kondisi yang membahayakan mesin. Seperti pasokan bahan bakar terlalu sedikit (lean) atau oktan bahan bakar yang tidak memenuhi standar mesin.

Penulis/Foto: Ajat,Tomo/dok MOTOR