Dalam dua tahun ini paling tidak ada Nissan dan Proton yang memunculkan seksi mobil bekas. “Kami menganggap ini adalah kesempatan bisnis,” buka Teddy Irawan, Vice President Sales & Marketing PT Nissan Mobil Indonesia. Ia menjelaskan bahwa pihak NMI bermaksud memudahkan pemilik mobil Nissan yang mau berganti model tanpa harus repot dengan aneka permainan pasar.
Pihak PT Proton Edar Indonesia juga menunjukan maksud serupa. Pemilik mobil Proton mendapatkan semacam kepastian harga jual kembali dari mobil yang dimilikinya. Bahkan sebelumnya saat pembelian mobil baru sudah diberikan sertifikat khusus yang berfungsi jika konsumen ingin menjual kembali atau tukar tambah (trade in), “Proton Used Car Centre siap menampungnya,” ujar Hadi, Kepala Cabang Proton Used Car di bilangan Kemanggisan, Jakbar.
KEPASTIAN MUTU DAN HARGA
Baik pihak NMI maupun PEI menyebut bahwa kepastian kondisi mobil dan legalitas jadi andalan mereka. “Konsumen mobkas itu sebenarnya paling takut pada dua hal itu. Taruhlah ‘kilometer’ yang dimundurkan. Dari sisi penjual kami akan berhadapan dengan calon pembeli yang lebih pasti,” sebut Teddy. Tentu hal ini didahului dengan sejumlah syarat, pihak NMI menyebutkan usia pakai mobil tak lebih dari 3 tahun lalu semua catatan servis harus lengkap dan transaksi hanya berlaku pada merek Nissan.
Jaminan akan kepastian kondisi dan legalitas juga diamini pemain mobkas kategori used car center. “Semua mobil yang kami jual merupakan kendaraan yang tidak tersangkut masalah hukum,” tandas Achmad dari Mobil 88 di Bintaro Jaya, Tangsel.
Untuk Proton lebih tegas menyebut opsi ini sebagai “Buy Back Guarantee”. Makanya keberadaan sertifikat pembelian jadi hal yang vital, ditambah catatan servis.
Teddy menyebut bahwa harga beli-jual dari dan ke konsumen konsumen yang di kisaran Rp 5 juta, “Di atas harga yang ditawarkan pedagang mobkas, kami jual mobkas yang kondisinya baik,” tegasnya. Sementara Hadi lebih spsifik menyebut kisaran harganya. “80% untuk tahun pertama, 70% untuk tahun kedua dan 60% untuk tahun ketiga dari harga off the road (OTR),” sebutnya.
Problem utama showroom mobkas: transparansi kondisi mobil
Ircham yang anggota komunitas Classy Winner Indonesia menyebut bahwa kepercayaan dirinya akan mobil yang diperdagangkan pihak used car center dan showroom memang lebih bisa diandalkan. “Kelengkapan surat-surat lebih terjamin,” ujarnya. Hal ini juga disetujui oleh Graeig yang pentolan Galant Seventh Generation Indonesia, ia menyebut soal track record dan opsi garansi pemakaian jika membeli dari used car center.
Untuk pembelian dari showroom Graeig menyebut catatan yang masih diketahuinya seperti menutupi kondisi mobil yang sebenarnya. Dari situ akhirnya biaya pembelian akan mendapat beban tambahan buat perbaikan. Hal ini senada ungkapan Fuat Nurwansyah dari komunitas Timor-er, pihak showroom acap kali buka harga terlalu tinggi dibandingkan penjual yang sekaligus pemilik mobil.
Biar begitu Graeig mengaku masih mempercayai penjual mobkas perorangan. “Dikarenakan lebih dekat langsung dengan pemakai mengenai silsilah mobil yang akan saya beli dan juga harga yang ditawarkan dapat fleksibel, dan asas kepercayaan,” urainya lewat surat elektronik. “Saya bahkan bisa mengecek langsung alamat rumah penjual mobkas perorangan,” sambar Yodi Anugraha (anggota klub Maxxio, Red). Serupa pula dengan pendapat Yuliadi Kurnia dari Ford Laser Community yang menyebut masih bisa diandalkannya kejujuran penjual mobkas perorangan meski tak semua showroom mobkas bertabiat ‘nakal’.
Para penggawang komunitas juga sepakat bahwa penjual mobkas kategori showroom dan perorangan dianggap paling fleksibel dalam menegosiasikan harga.
Anda pilih yang mana? (mobil.otomotifnet.com)