Mobkas CBU Semester II, Harga Tinggi Stock Mini

billy - Senin, 26 September 2011 | 17:03 WIB

(billy - )


Gerai Mobil CBU di Kemayoran, sentra mobil bekas CBU masih sepi
JAKARTA - Bisa disebut kalau pascabencana gempa dan tsunami di Fukushima, Jepang, beberapa bulan silam ternyata belum membuat bisnis otomotif di Indonesia cerah. Paling tidak ini yang masih kentara pada dunia CBU yang dijalani para importir umum (IU). “Sejak bulan Juni mulai makin sedikit pasokannya, karena produksi juga terbatas,” sebut Fendy dari Terminal Motor, awal Agustus 2011 lalu.

Pria yang berkantor di bilangan Arteri Pondok Indah, Jaksel, itu bukan sembarang menyebut. Toyota Alphard yang hingga kini masih jadi pilihan favorit ternyata membuat harganya melejit. Sejumlah gerai yang sempat dihubungi OTOMOTIF menyebut harga buka bulan September di kisaran Rp 900 jutaan, inipun berlaku pada varian ‘murah’ yaitu tipe G.

Belum lagi soal pasokannya yang makin terbatas sehingga membuat Alphard dan model favorit lain seperti Toyota Harrier ataupun Nissan Elgrand juga ikutan merambat naik harga barunya. “Sekarang Harrier sudah menyentuh harga Rp 700 jutaan,” sebut Tommy Dwiananda. Pergerakan harga serupa juga ikutan terjadi pada unit mid MPV CBU yang juga favorit seperti Nissan Serena.

Ketua AIKI (Asosiasi Importir Kendaraan Indonesia) ini menyebut kalau hal ini pasti berimbas pula pada pergerakan bisnis unit bekasnya. “Harga bekas sekarang sudah mendekati harga baru di masa sebelum tsunami Jepang,” ucapnya masygul.

Kondisi itu jelas menahan keras keinginan konsumen untuk melepas unit lamai berganti dengan yang baru. Padahal berdasarkan pengamatan Tommy siklus penggantian unit CBU yang dijual oleh IU umumnya di kisaran 2 tahun. Baik ketika ada unit baru versi minor change maupun ganti model.

Sedan CBU versi IU  asal Jepang makin 'tiarap'
MASA PANEN ‘SEMU’
Perkembangan seperti itu di satu sisi membuat harga pasaran memang lagi ‘bagus-bagusnya’. Tapi ya itu tadi, pasokan yang seret ditambah persepsi konsumen yang menganggap harga bekas CBU favorit kini terlalu mahal membuat animo menurun drastis. “Makanya kita sesama pemain CBU beberapa kali sudah melakukan pertemuan membahas soal ini,” ujar Tommy.

Pertemuan tersebut, salah satunya, membahas soal harga buka yang diusahakan tak beda jauh antar pemain CBU. Baik di tingkat importir maupun pemilik gerai CBU. Sebab jalur-jalur mobil CBU yang berada di Jepang juga disebutkannya ikutan mengalami kekurangan stok. Alhasil dari sekitar 5 importir mobil CBU dari Jepang kini rata-rata punya volume 50 unit per bulan.

Volume tersebut, lagi-lagi memang menurun dibandingkan masa sebelum bencana di Jepang. Ya hukum pasar memang berbicara lantang saat ini. Mengutip keterangan Fendy, untuk contoh Alphard, jika kuartal pertama 2011 sebuah gerai CBU bisa punya stok sampai 10 unit maka saat sebelum lebaran saja bisa punya stok 1-2 unit sudah bagus kondisinya.

Tak heran jika Tommy yakin kalau unit CBU bekas yang masih menggeliat adalah yang tahun produksinya di bawah tahun 2008. “Unit yang tahun produksinya di atas itu rasanya masih termasuk langka,” jelasnya saat dikontak Senin lalu (19/9).

Alphard versi ANH 10 harganya makin mendekati versi ANH 20
Fans mobil CBU yang sebelumnya rajin ‘update’ jelas menahan diri untuk memilih unit baru. Begitu pula peminat CBU bekas, akan makin menahan diri mengingat harga yang mereka hadapi malah semakin mendekati harga unit barunya.

Akhir masa paceklik itu ditengarai pria ramah ini akan lebih lama lagi bakal tersalur. Yang jelas bukan tahun ini. Kapan? “Paling cepat tahun depan ketika beberapa mobil favorit masuk masa ganti model, ya konsumen pasti berpikir sekalian saja memilih yang baru sama sekali,” analisanya. Walau itu juga masih belum banyak bisa dijamin akan harga baru yang kompetitif. Ini juga berbanding lurus dengan perputaran unit bekasnya.    (mobil.otomotifnet.com)