Pernah liat meme kalau Bekasi jauh dari Jakarta? Jangan underestimate dulu. Di kota satelit ini justru OTOMOTIF berpuas menikmati generasi penerus Gallardo
Bekasi - Terkenang saat menjajal Gallardo LP550-2 di Shanghai International Circuit 2010 lalu. Ajakan Nanan Diana untuk mengetes Lamborghini Huracan LP610-4 miliknya jadi kesempatan spesial OTOMOTIFNET. Toh waktu tempuh menuju Grand Wisata relatif cepat. “Silakan mas, cobain langsung saja sepuasnya,” senyum Nanan.
Mesin V10 berkapasitas 5.204 cc punya tenaga lebih dari cukup kalau dijadikan besutan harian
Puas eksplorasi eksterior, jelas supercar yang hanya setinggi 1.165 mm ini tidak terlalu mengintimidasi ala ‘kakaknya’, Aventador. Dimensinya terbilang pas untuk sekadar jalan-jalan sore, bahkan tak menyusahkan kalau ingin dipakai harian. “Ini masih saya pakai hari-hari, biasanya bolak-balik ke Garut atau Bandung,” sambung pengusaha bidang properti ini.
Layar TFT 12,3 inci lengkap menampilkan ragam parameter mesin, termasuk kamera belakang saat mundur
Simpel & Praktis
Masuk kabin, awalnya sempat bingung dengan segala tombol yang ada. Begitu diamati, ternyata tak serumit itu. Panel untuk hiburan dan audio terletak di tengah, bersanding dengan pengatur fungsi AC. Layar 12,3 inci jadi spidometer dan menampilkan segala informasi soal mesin. Praktisnya, untuk mengaktifkan sein dan wiper, dipusatkan di setir.
Handling-nya menyenangkan, tak terlalu buas dan masih nyaman untuk rute dalam kota
Menghidupkan mesin tinggal pencet tombol, langsung suara dari mesin V10 berkapasitas 5.204 cc yang diposisikan di tengah berderum halus. Dilengkapi teknologi Iniezione Diretta Stratificata (IDS) alias sistem direct injection yang diambil dari ‘saudaranya’ Audi, demi memenuhi regulasi Euro6. Tapi, hanya saat idle mesin ini terbilang kalem. Sisanya, siap-siap aja detak jantung bertambah.
Di balik pelek 20 inci, tersembunyi rem cakram keramik 6 piston
“Saya seting supaya saat lepas gas terdengar suara menggelegar. Lebih cocok dengan jiwa saya,” urai ayah dari 2 putra dan putri ini. Benar saja, injak hingga kisaran 7.000 rpm lalu lepas pedal gas. Suara kasar khas Lamborghini langsung bikin serasa jadi anak kecil yang ketemu mainan kesayangan.
Sudah andalkan lampu full LED, paling nikmat mendengarkan raungan knalpot saat pedal gas dilepas
Coba berakselerasi, transmisi 7 percepatan kopling ganda Lamborghini Doppia Frizione (LDF) yang diteruskan ke seluruh roda bikin kepala menempel di jok. Sesaat, terasa ngilu di perut seperti ada yang tertinggal di belakang. Seakan ada petir yang menyambar. Padahal, mode berkendara masih di kategori Sport alias normal. Belum masuk ke Corsa atau Strada yang lebih gila lagi.
Nanan. Saya lebih suka bermain di putaran 4.000 sampai 5.000 rpm
Sayangnya, kondisi jalan di sekitaran Grand Wisata bergelombang. Namun hebatnya, suspensi yang dinamakan magneto-rheological berisi cairan dan bisa diatur untuk memberikan efek berbeda. Masih terasa ayunan karena kontur jalan, namun tidak sekeras sampai bikin eneg.
Diuji di tikungan, sistem penggerak all wheel drive Huracan bikin traksi berlimpah. Memang tidak terlalu kencang karena lokasi yang terbatas, tapi jelas ban seakan tak mau lepas dari aspal dan setir selalu menuruti ke mana saja diarahkan. • (otomotifnet.com)
Arti Nama
Huracan LP610-4 bukan sekadar angka bagi Lamborghini. Huracan sendiri berarti hurricane atau badai dengan angin kencang. Bagi suku Maya, juga sebagai dewa angin, petir dan api.Namun, tak lepas dari ciri khas Lamborghini selama ini yang selalu menamakan tipenya dari banteng aduan Spanyol. Huracan adalah nama banteng yang bertarung pada era 1879 silam.
Sementara LP berarti longitudinal posteriore atau posisi mesin yang berada di tengah, antara jok dan roda belakang. Angka 610 sendiri menunjukkan tenaga sebesar 610 PS, dan angka terakhir yakni 4, menunjukkan sistem penggerak all wheel drive.
Sebagai penerus Gallardo, Huracan punya spesifikasi mesin sama-sama V10 berkapasitas 5.200 cc. Namun besaran tenaganya sudah meningkat signifikan, dari 550 PS menjadi 610 PS alias 601 dk!