Tapi, tidak hanya modal kompresi saja lalu besutan yang bergaya special engine (SE) 85 ini melesat. Selain kompresi tinggi, ada faktor pendukung lain yang membuat Blade ini tampil dominan di sirkuit tanah bergelombang itu.
“Karaternya sedikit dibuat beda dengan road race. Untuk grasstrack, lebih memperkuat power bawah-menengah,” ungkap Fachmi Muhammad, manajer tim yang dari Pandeglang, Banten itu.
Kekuatan power bawah coba dibangun Monte lewat permainan noken as. Menurut pria yang juga meracik pacuan buat tim balap aspal Honda Banten itu, buka-bukaan di bagian inlet dibuat lebih cepat buka-tutupnya. “Meskipun limitter diseting 14.200 rpm, tapi lewat cara ini rpm bawah lebih cepat baik,” bilang Sartogu Monte selaku tunner tim.
Metode itu ditempuh lewat buka-tutup durasi kem buat klep in dan ex berbeda. Buat klep isap, membuka 33º sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 56º sesudah TMB (Titik Mati Bawah). Total durasi klep in, 269º.
Sedang klep buang, membuka 57º sebelum TMB dan menutup 37º setelah TMA. Dijumlahkan, durasi klep buang menjadi 274º. Dengan durasi klep in yang 269º dan klep ex 274º itu, maka keinginan dongkrak putaran bawah terpenuhi. Karena, Lobe Separation Angle (LSA) terpatok di 101º. Angka ini, memang cocok buat karakter power bawah-menengah. “Bahan bakar juga enggak terlalu banyak dan basah,” timpal tunner 39 tahun itu.
Apalagi buat lift klep, juga mengusung tinggi berbeda. Angkatan buat klep isap, diseting di 8,9 mm. Sedang klep buang, 9,2mm. Keduanya ditopang per klep Jepang yang mampu bermain hingga 14.000 rpm lebih. “Dengan ex yang lebih besar, mesin cenderung adem. Power motor tetap maksimal,” kata Monte lagi.
Klep sendiri, Monte menerapkan milik Honda Sonic. Tapi, tak murni diameter asli yang diusung. Buat klep buang, diameter dipapas lagi menjadi 23mm. Aslinya, ukuran 24mm. Tujuannya agar dapat sedikit efek bali. Karena dari lift klep juga sudah tergolong besar kan.
Meski kompresi tergolong tinggi, Chimon gak perlu khawatir piston macet akibat panas mesin berlebih. Sebab, clearance mendukung faktor suhu engine. Tunner Medan, Sumatera Utara itu menerapkan clearance 0,06mm antara piston FIM Piston berdiameter 54,3 mm dengan linner.
Masih ada lagi seting yang ditujukan buat dongkrak putaran bawah. Yaitu, lewat ubahan magnet. Meski pakai magnet standar, tapi bobot dipangkas jadi 600 gram. Sedang balancer dilepas. Fungsinya hanya sebagai tatakan kruk as.
Rasio juga ikut dimainkan. Untuk gigi I, dibarkan standar. Gigi II, pakai 18/ 29 mata. Gigi III, kombinasi 19/ 26 mata. Lalu, Gigi IV mainkan paduan gir 20/ 23 mata. Seluruh kombinasi ini diakhiri dengan pemakaian final gir 14/ 51 mata.
"Tiap seri, kami selalu coba improve agar bisa lebih baik. Tentunya agar Chimon makin bisa berprestasi tanpa perlu memacu tenaga berlebih,” timpal HM. Aspuri. Hz, pemilik tim MPS Pandeglang Honda Banten KYT. Gas!!
Gas!!
Tampilan SE: Dahsyat Power
Melihat Chimon kerap ‘bermandi’ debu, timbul ide unik. Jangan debu-debuan melulu ah! Penasaran juga melihat Chimon berpose menjadi pemuda metrosexual? Pasti fansnya banyak yang penasaran. Apalagi Chimon sudah jadi idola baru di kancah grasstrack. Nggak banyak buang waktu, iapun diset foto di lobi mewah sebuah kantor. Inilah hasilnya!
Seiring Chimon yang berpose dengan setelan jas, rombakan motor ini juga nggak main-main. Rangka Blade asli cuma menyisakan komstir dan dudukan seperlunya. Selebihnya, customized sesuai kebutuhan. Buat atasi single–double jump, berm dan tantangan lain, Chimon ditemani sok depan up side down Honda CR 85 dan belakang, Kayaba merah. Supaya estetika terjaga, cover set juga milik Honda CR 85 berikut grafis stiker tim MPS buatan Tryinc Bandung. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 70/90-19
Ban belakang : IRC 90/100-16
Bodi: Honda CR85
Setang : Tag Metal