Simak motor-motor nyentrik barudak Street Demon (SD). GL-Pro punya Kumala sedang CB milik Irwan. Biar beda 18 tahun, keduanya bersaing di jalanan dan selalu tampil eye cathing di tongkrongan mereka. Baik malam Minggu di Jl. Ternate atau Minggu sore di Cikapundung, Bandung.
Roh retroisme dan semangat Indone style jadi konsep SD terlihat jelas di kedua motor ini. Merek motor dan tahun pembuatan gak masalah. Yang penting estetika dan rideable. ”Dipakai harian, dari rumah ke tempat kerja,” buka Ui yang bermukim di Cijambe, Bandung. Irwan juga sepakat, untuk harian.
Konsep motor flat track di keduanya kental. Garis besar kontruksi sasis gak diganggu gugat. Cukup efisien dengan tidak mengganggu sudut rake dan posisi riding. Mengandalkan sentuhan di beberapa bagian. Ui misalnya, mulai dari tangki slim nggak mengacu pada desain motror yang sudah ada. “Dikerjakan di Purnama Glanet, dengan desain dan selera saya,” katanya. Terkesan modern dengan bentukan tangki agak menyudut.
Seleranya beda dengan Irwan yang lebih memilih tangki rounded dan lebih kental nuansa retro sesuai CB era 70-an.
Dari tangki ke belakang, ada benang merah. Konsep flat track ala motor Eropa atau asli H-D XR 750 agak terasa. Custom dan penyesuaian dimensi terbilang teliti.
Urusan performa, Ui paling banyak menyedot dana. ”Semua sudah pakai Tiger. Mulai kruk as dan piston oversize 200. Karbu PE 28 dan knalpot Supertrapp,” bangga brother yang menghabiskan dana sampai Rp 14 juta ini.
Lantas konsen kaki-kaki, sok belakang YFF dan depan pakai V-Ixion. Irwan nggak mau kalah. Biar motornya lebih jadul, sok depan pakai Ninja sedang belakang punya Tiger Revo.
Sentuhan akhir tentunya warna. Ada kesan bagus pada komuniats ini. Rata-rata life member SD terbilang serius di kelir. Untuk itu semua diserahkan pada Jefry Custom.
Roh retroisme dan semangat Indone style jadi konsep SD terlihat jelas di kedua motor ini. Merek motor dan tahun pembuatan gak masalah. Yang penting estetika dan rideable. ”Dipakai harian, dari rumah ke tempat kerja,” buka Ui yang bermukim di Cijambe, Bandung. Irwan juga sepakat, untuk harian.
Konsep motor flat track di keduanya kental. Garis besar kontruksi sasis gak diganggu gugat. Cukup efisien dengan tidak mengganggu sudut rake dan posisi riding. Mengandalkan sentuhan di beberapa bagian. Ui misalnya, mulai dari tangki slim nggak mengacu pada desain motror yang sudah ada. “Dikerjakan di Purnama Glanet, dengan desain dan selera saya,” katanya. Terkesan modern dengan bentukan tangki agak menyudut.
Seleranya beda dengan Irwan yang lebih memilih tangki rounded dan lebih kental nuansa retro sesuai CB era 70-an.
Dari tangki ke belakang, ada benang merah. Konsep flat track ala motor Eropa atau asli H-D XR 750 agak terasa. Custom dan penyesuaian dimensi terbilang teliti.
Honda GL Pro dan CB125, Beda 18 Tahun
Lantas konsen kaki-kaki, sok belakang YFF dan depan pakai V-Ixion. Irwan nggak mau kalah. Biar motornya lebih jadul, sok depan pakai Ninja sedang belakang punya Tiger Revo.
Sentuhan akhir tentunya warna. Ada kesan bagus pada komuniats ini. Rata-rata life member SD terbilang serius di kelir. Untuk itu semua diserahkan pada Jefry Custom.
DATA MODIFIKASI
GL-Pro
Ban depan : 110-80x17
Ban belakang: 140/60x17
Setang: Tiger
CB
Ban depan: 110/70x17
Ban belakang: 130/70x17
Sok : Ninja & Tiger Revo