Lihat cara Iman meramu sasis Heritage Softail yang ada di motor ini. Semua disasar padat dan pas untuk ergonomi biker Indonesia yang tidak terlalu tinggi. Tidak cuma itu, sense of art pada nuansa sport jalanan era lawas juga terasa namun gak harus jadi ol skool. Bisa dibilang cenderung menyukai gaya new school.
Motor ini punya semangat kecintaan pada lingkungan. Bernuansa alami dan semangat go green. Makanya kelir dibuat serba hijau dan segar, lengkap stripping bernuansa alam, bentukan daun hingga segar dipandang. Uniknya, walau kesan kalem dan meneduhkan mata, bentukan motor tetap khas biker pecinta jalanan.
Mereka juga kreatif dan gak terpatok pakem traditional choppers. Gaya-gaya sport jadul, boartrack misalnya juga terasa di sektor depan, penempatan lampu depan di samping dan membuat sektor ini jadi fokus utama dengan pelat lebar ‘no start’ 79. Serasi bersanding dengan sok springer Paucho yang dimodifikasi.
Perlengkapan safety juga gak diabaikan. Lampu belakang tersedia di bawah jok juga sein di kanan-kiri tanpa harus mengganggu estetika motor custom.
Respektasi tim Cipaku pada karya desain Roland Sands (RSD) memang jadi ciri khasnya juga. Gaya Roland yang sporty, bernunsa speedy, meledak-ledak dan simpel jadi apreasisi khusus mereka.
Tentu saja semuanya tak banyak ‘bicara’ jika tidak digabung langkah hand made yang dilakoni. Bagi mereka. bolt-on dan handmade bisa berjalan beriringan tanpa mencederai semangat customized.
|
CONCERN DI DETAIL
Rapi, lagi-lagi jadi concern. Simak keputusan mereka memberikan cover pelat di beberapa bagian. Di springer misalnya, C3 merasa perlu menambahkan sedikit cover sebagai aksentuasi dan penyeimbang di cover utama yang memang dominan. Ini jadi kejelian yang layak diapresiasi.
Trus center bone di bawah jok juga perlu diberi cover sebagai pemanis dan membuat motor semakin simpel. Dihormat di kelas H-D Modification saat ajang Harley-Davidson, Pantai Mutiara baru lalu. Salute!. (www.motorplus-online.com)