Kisah Pasangan Die Harder Maurizio & Shizuyo, Get Lost Is Good

billy - Selasa, 3 Juli 2012 | 09:56 WIB

(billy - )


Maurizio dan istrinya Shizuyo bukanlah orang biasa. Pertemuan mereka  saja unik. Bertahun lalu, keduanya  insan beda bangsa ini dipertemukan di Spanyol  bagian tengah saat keduanya melakukan jalan kaki ribuan kilometer mengelilingi Eropa. “Dari situlah kami bertemu, sesama pejalan kaki back packer,” kata keduanya yang berkebangsaan Italia dan Jepang ini.

Setelah mengikat janji dan jadi pasangan suami istri, mereka bertekad ingin meneruskan petualangan mengelilingi dunia. Kali ini nggak jalan kaki tapi nyemplak motor turing Honda XLV 600 V Transalp dua silinder. “Ini benar-benar perjalanan ambisius yang tidak direncanakan sebelumnya. Kami ogah pakai peta, GPS atau sebagainya,” kata Maurizio

Ikuti saja kata hati, mau kanan ya ke kanan, ke kiri, gas terus. “Mau masuk jalanan aspal, masuk hutan belantara, ayo,” kata biker yang punya profesi sebagai mekanik motor ini.

Buat MOTOR Plus ini adalah filosofi turing yang menarik. Buat mereka berdua, menjalani hal-hal yang tidak terduga sudah menjadi bagian dari keindahan perjalanan ini. “Selalu ada hal-hal baru. Apalagi suami saya lebih suka masuk ke medan off-road ketimbang jalanan biasa yang katanya membosankan,” aku Shizuyo yang asal Okinawa.

Turing tanpa planningnya benar-benar ektrem. Start di  Genoa Italia, mereka nerobos wilayah Eropa masuk Spanyol, Portugal, Slovenia, Kosovo, Bulgaria, Iran, Rusia, Korea, Jepang, lanjut ke Australia. Keduanya masuk Indonesia lewat Negara tetangga, Timor Leste.

“Dari situlah kami masuk ke negeri Anda. Lombok, Bali, Jawa sampai sekarang mampir di kantor MOTOR Plus dan Majalah BIKERS,” kata pasangan gokil ini, Senin (18/6).

Bagi mereka, Indonesia punya banyak keunikan. Selain lansekapnya memang indah, bangsa kita mereka nilai sangat ramah dan terbuka. “Kami selalu ‘terhalang’ oleh orang-orang yang sama sekali tidak kami kenal. Mereka terbuka mengajak kami ke rumahnya, diterima dengan baik oleh puluhan klub-klub yang tahu keberadan kami,” cerita Maurizio yang sempat ngendon lama di wilayah Jember dan tinggal di sebuah keluarga.

Hal ini menurutnya sangat berbeda dengan negeri lain. ”Di  Australia kami mendapatkan pengalaman buruk. Pihak pabean sana memeriksa barang kami, eh beberapa diambil. Kamera dan barang lain,” keluh Shiyuzo yang saat pertemuan sedang sakit flu karena nggak terbiasa dengan iklim Indonesia.

Romantika selama perjalanan memang beragam. “Kami menghindari tinggal di hotel atau semacamnya. Di motor ini disediakan tenda buat menginap jika lelah menempuh perjalanan,” jelas warga Italia yang mengepang jenggotnya ini.

“Kadang lancar kadang tersendat. Di Australia motor kami terjebak lumpur di daerah tidak bertuan. Bayangkan,  kami hanya bisa menempuh 4,5 km perjalanan memakan waktu 6 jam. Kami berdua mendorong motor selama perjalanan. Benar-benar melelahkan,” kisah mereka.

Masih di benua Kangguru itu, motornya pernah terjebak banjir dan masuk ke sungai. ”Untung ada supir truk  menolong. Motor lantas kami bongkar sampai akhirnya bisa jalan lagi,”  kata Maurizio.

Kini ada dua alternatif perjalanan selanjutnya. “Ngepak motor ke India untuk terus lanjut menuju Italia atau riding terus melewati Sumatera lantas ke Thailand terus sampai Italia,” enteng keduanya.

Busyeeet! (motorplus-online.com)