Otomotifnet.com - Takata Corp (TC), perusahaan asal Jepang sebagai penyuplai sabuk pengaman (safety belt) kantung udara (airbag) mengalami kerugian besar tahun dampak dari "recall" yang dilakukan sebagian besar pabrikan mobil di Negeri Matahari Terbit.
Jumlahnya tidak sedikit diperkirakan mencapai 6,4 juta unit selama 2014.
Kerugian bersih TC kemungkinan berkisar 235 juta dollar AS atau Rp 2,77 triliun. Demikian disampaikan oleh TC yang memperkirakaan, sebelum musibah, perusahaan akan meraih keuntungan 16 miliar yen (Rp 1,84 triliun).
Lembaga Administrasi Nasional Keselamatan Jalan Raya (NHTSA) Amerika dan Takata sedang menyelidiki kasus meledaknya airbag. Dugaan sementara, apa dipicu oleh kelembaban yang tinggi, terutama di wilayah Florida, Puerto Rico dan daerah lainnya.
"Mereka (Takata) akan bertahan hidup. Mereka akan melalui masa di mana mereka menyesal dan menunjukkan sikap ke arah perbaikan," ungkap Scott Upham, Presiden Valient Automotive Market Reaserch di New York.
Akibat gangguan kantung udara, 6,47 juta unit dari berbagai merek Jepang ditarik (recall) secara global.
Toyota, Nissan dan Honda yang mengumumkan penarikan bulan menjadi mencatat total 3 juta unit. Kedua Nissan dan Honda berencana menutup biaya dari Takata, seperti disampaikan eksekutif perusahaan mobil tersebut.
Sementara Honda mobil, seperti disampaikan oleh Tetsuo Iwamura selaku Executive Vice President, Honda sedang mempertimbangkan akan terus memakai airbag dari Takata.
"Sebuah recall yang jumlah besar pasti akan meninggalkan kesan buruk bagi pembuat mobil," tegas Masahiro Akita, Analis Credit Suisse Group AG. Kondisi ini, lanjutnya, tidak mudah bagi para pabrikan untuk memutuskan hubungan dengan Takata yang memegang 20 persen saham global.
Ternyata, kasus kantung udara meledak akibat kerusakan pada inflator (dugaan sementara), juga menimpa produk asal Amerika seperti General Motor Co. Jumlah hampir dua pertiga dari seluruh produksi GM.
Jumlah yang 6,4 juta unit, bagi Takata tergolong bukan yang terbesar. Mereka pernah mengalami hal serupa pada 1995 dengan jumlah 9 juta unit. Tapi, bukan soal airbag, melainkan pada sabuk pengaman (safety belt).
Apa pun kejadiannya, dengan persitiwa ini, TC langsung melakukan penggantian posisi Presiden yang dijabat oleh Shigehisa Takada, cucu pendiri TC kepada Stefan Stocker berkebangsaan Swiss,. Takada yang berusia 48 tahun menjadi ketua dan CEO TC. (Mobil.Otomotifnet.com)