All About Chevrolet Captiva, Perawatan & Problem (Bag.1)

billy - Kamis, 30 Agustus 2012 | 09:04 WIB

(billy - )

Empat tahun lewat Chevrolet Captiva hadir di Indonesia. Sebagai SUV American style yang hadir perdana dengan versi mesin diesel (VCDi) ini sempat mengagetkan pasar SUV khususnya di segmen diesel.

Selain desain bodi yang khas mobil-mobil Obama (baca: orang Amerika), fitur dan teknologi yang diusungnya cukup komplet. Apalagi harga yang ditawarkan terjangkau daripada SUV diesel Jepang yang lebih dulu muncul.

Tak hanya sampai di situ, perubahan terus berlanjut hingga kini. Baik ekterior, interior hingga menghadirkan mesin bensin dengan berbagai peningkatan performa.

Bicara problem khas Captiva termasuk mulus-mulus saja. Walau ada beberapa yang bilang kalau versi bensin terbilang punya tenaga pas-pasan. Makanya banyak penggemar diesel yang senang dengan karakter Captiva.

Bayangkan saja, mesin dieselnya mempunyai torsi sebesar 360 Nm. Tapi, apakah diesel sudah lebih kuat? Nah, seiring usia pakai, biasanya sudah mulai banyak problem tentang SUV lansiran PT General Motor Indonesia ini.

Mulai dari generasi pertama yang punya kode bodi C100, sampai generasi selanjutnya dengan C120 yang mulai diperkenalkan sejak 2011 silam, berlanjut sampai tipe terkini yang punya kode C140. Paling mutakhir, mesin yang digunakan sudah tak lagi memakai timing belt, beralih dengan timing chain dan teknologi DOHC.

Apa saja yang sering terdengar? Langsung saja intip hasil penelusurannya.

INTERIOR
OTOMOTIFNET.COM
All About Chevrolet Captiva, Perawatan & Problem (Bag.1)
Interior Captiva tergolong mewah, lantaran sudah dimodali kulit jok berbahan kulit. Namun untuk soal kesenyapan di kabin, terutama ketika mobil sedang melaju, masih terasa cukup bising layaknya SUV Jepang. "Material panel interiornya tidak jauh berbeda dengan standar mobil-mobil Jepang, seperti Toyota Kijang Innova," yakin Hongyono Candra dari Prisma Autosound.

Pria yang sudah beberapa kali meng-upgrade Captiva ini pun menyebutkan, untuk menciptakan kondisi kabin agar terasa lebih nyaman buat harian, perlu ditambah lapisan peredam di beberapa bagian interiornya.

"Kalau kabinnya mau dibikin sangat senyap perlu melapisi seluruh panel di interior Captiva dengan pe­redam tambahan. Mulai dari lantai, dinding-dinding, dan paling vital bagian pintu serta lantainya," saran pria ramah ini. 

ELEKTRIKAL

OTOMOTIFNET.COM
All About Chevrolet Captiva, Perawatan & Problem (Bag.1)

Tak ada yang krusial bila membahas elektrikal di Captiva bensin maupun diesel. “Rata-rata memiliki daya tahan yang baik,” ujar Faisal, Service Manajer bengkel resmi Chevrolet di Kebon Jeruk, Jakbar.

Meski begitu patut diwaspadai seputar sensor-sensor yang ada di roda depan dan belakang. Namanya juga sensor yang memiliki kepekaan tinggi alias sensitif dan berada di dekat tanah atau aspal, tak bisa bertahan lama.

Begitu kena air atau kotoran, sensor roda langsung afkir. Harganya Rp 400 ribu (sensor roda depan) dan harga Rp 462 ribu untuk roda belakang.


MESIN

Menilik sejarahnya, mesin Captiva terkenal bandel dengan tenaga besar, terlebih versi diesel.

"Selama ini, belum pernah ada penyakit serius dengan mesin. Hanya saja, untuk versi diesel biasanya injektor perlu dibersihkan akibat kualitas solar yang kurang mumpuni," terang Puji Utomo, kepala bengkel Chevrolet Serpong di Jl. Raya Serpong No.23, Tangerang.

Bukan apa-apa, mesin diesel dengan injektor common-rail yang dipakai memang perlu solar bagus. Untuk jangka waktu lama, pengaruhnya lebih ke tenaga yang bakal berkurang drastis.

Kalau pun dipaksakan, pasti injektor yang akan kena. Mengatasinya perlu membersihkan injektor terlebih dahulu, kemudian dikalibrasi ulang. Biayanya berkisar Rp 250 ribu per injektor. Seandainya sudah rusak parah, mau tak mau memang mesti ganti. "Biayanya sekitar Rp 4 juta," wanti Puji lagi.

Yang harus diperhatikan apabila sering melewati daerah banjir. Ada kemungkinan sensor ABS kotor. Paling kentara kalau sampai indikator ABS di spidometer menyala.

"Paling ringan bisa dengan dibersihkan lalu dipasang kembali, hanya saja mesti reset dengan scan tool. Biayanya berkisar Rp 200 ribuan," ungkap pria ramah ini.


Oh ya, masih berkisar di seputaran mesin. Jangan alpa untuk rutin menguras oli transmisi otomatis. Biasakan tiap 20 ribu kilometer untuk menguras oli.

"Bisa saja bawa oli matik sendiri, asalkan dengan grade yang sama dengan rekomenasi pabrikan. Tapi tidak ditanggung garansi," papar Puji lagi.  (mobil.otomotifnet.com)