Drag Reduction System (DRS) yang kemudian berkembang menjadi Double DRS (D-DRS) yang dilakukan oleh tim Mercedes GP, secara terus-menerus ternyata mengalami evolusi. Bahkan tim Lotus F1 yang terakhir kali mengembangkan sistem DRS Pasif, mulai dilirik oleh Adrian Newey sang desainer mobil juara dunia 3 musim terakhir di tim Red Bull.
Berbeda dengan D-DRS, sistem DRS Pasif memungkinkan pembalap mampu tampil lebih konsisten di semua trek lurus. Pasalnya sistem tersebut akan membantu mengalirkan udara melalui sayap belakang dengan mulus. Artinya sistem ini meminimalisir downforce di trek lurus, kendati tidak berada di zona aktivasi DRS.
“Ini adalah zona yang menarik untuk dikembangkan. Tentu akan menyenangkan ada aplikasi yang memungkinkan mobil tetap kencang di trek lurus, meski bukan di zona DRS. Hal ini juga memungkinkan simulasi di sesi latihan, hingga kualifikasi akan mendekati kondisi ril saat balapan,” jelas Newey.
“Sekarang ini kami sedang melakukan analisis mendalam pada bagian tersebut. Kami ingin agar ada konsistensi dalam mencetak lap time, tapi paling penting adalah mencetak poin dengan konsisten,” ujarnya.
Sayangnya kelemahan sistem ini tidak cocok untuk digunakan di tipe sirkuit dengan tikungan-tikungan panjang dan cepat. Pasalnya downforce mobil yang minim, akan membuat daya cengkeram ban ke lintasan kurang kuat. Jadi aplikasi sistem ini hanya cocok untuk tikungan-tikungan patah dan lambat. Kecuali jika Newey menemukan cara lain untuk membuat DRS Pasif juga kompetitif di tikungan cepat, itu akan lebih bagus lagi. (otosport.co.id)
Berbeda dengan D-DRS, sistem DRS Pasif memungkinkan pembalap mampu tampil lebih konsisten di semua trek lurus. Pasalnya sistem tersebut akan membantu mengalirkan udara melalui sayap belakang dengan mulus. Artinya sistem ini meminimalisir downforce di trek lurus, kendati tidak berada di zona aktivasi DRS.
“Ini adalah zona yang menarik untuk dikembangkan. Tentu akan menyenangkan ada aplikasi yang memungkinkan mobil tetap kencang di trek lurus, meski bukan di zona DRS. Hal ini juga memungkinkan simulasi di sesi latihan, hingga kualifikasi akan mendekati kondisi ril saat balapan,” jelas Newey.
“Sekarang ini kami sedang melakukan analisis mendalam pada bagian tersebut. Kami ingin agar ada konsistensi dalam mencetak lap time, tapi paling penting adalah mencetak poin dengan konsisten,” ujarnya.
Sayangnya kelemahan sistem ini tidak cocok untuk digunakan di tipe sirkuit dengan tikungan-tikungan panjang dan cepat. Pasalnya downforce mobil yang minim, akan membuat daya cengkeram ban ke lintasan kurang kuat. Jadi aplikasi sistem ini hanya cocok untuk tikungan-tikungan patah dan lambat. Kecuali jika Newey menemukan cara lain untuk membuat DRS Pasif juga kompetitif di tikungan cepat, itu akan lebih bagus lagi. (otosport.co.id)