Berbicara tentang pensiun dari ajang balap Formula 1, memang tidak semua orang bisa melakukannya dengan jantan. Artinya berhenti dalam performa yang masih cukup kompetitif kecuali meninggal dunia atau mengalami cacat. Hal ini pernah dilakukan Michael Schumacher di akhir musim 2006 lalu, tapi ternyata ia kembali ke F1 karena merasa masih cukup kompetitif.
Hal ini juga diakui oleh Jenson Button. Pembalap yang baru sekali meraih titel juara dunia bersama tim Brawn GP tahun 2009 lalu itu, memang kadang kala merasa takut dan ingin segera pensiun jika mengingat beberapa insiden parah yang dialaminya. Tapi ternyata ini tidak menjadi halangan untuk tetap melanjutkan ambisi meraih kemenangan saat balapan di seri berikutnya.
“Dalam ajang balap apapun, semua orang ingin pensiun pada waktu yang tepat dan menikmati hidup yang lebih nyaman di luar sana. Tapi setelah 4 bulan kemudian, mereka akan mulai merasa sedikit gila, karena kehilangan momentum kemeriahan ajang balap yang mereka geluti,” papar Button.
“Saya pernah mengalami insiden di F1 Monako tahun 2003 lalu. Dimana mobil terhempas keras ke pagar pembatas dan ketika saya diangkat dari mobil, sempat tidak sadarkan diri. Sebagai pembalap ketika anda merasakan hal seperti itu, rasa takut terkadang muncul karena itu bisa saja berulang. Makanya dibutuhkan sedikit kegilaan untuk membalap di F1,” imbuh pembalap asal Inggris itu.
Meski semua resiko tersebut selalu membayangi benak para pembalap, namun Button merasa bahwa itu selalu berdampingan dengan ambisi dan kesenangan yang mereka miliki. (otosport.co.id)
Hal ini juga diakui oleh Jenson Button. Pembalap yang baru sekali meraih titel juara dunia bersama tim Brawn GP tahun 2009 lalu itu, memang kadang kala merasa takut dan ingin segera pensiun jika mengingat beberapa insiden parah yang dialaminya. Tapi ternyata ini tidak menjadi halangan untuk tetap melanjutkan ambisi meraih kemenangan saat balapan di seri berikutnya.
“Dalam ajang balap apapun, semua orang ingin pensiun pada waktu yang tepat dan menikmati hidup yang lebih nyaman di luar sana. Tapi setelah 4 bulan kemudian, mereka akan mulai merasa sedikit gila, karena kehilangan momentum kemeriahan ajang balap yang mereka geluti,” papar Button.
“Saya pernah mengalami insiden di F1 Monako tahun 2003 lalu. Dimana mobil terhempas keras ke pagar pembatas dan ketika saya diangkat dari mobil, sempat tidak sadarkan diri. Sebagai pembalap ketika anda merasakan hal seperti itu, rasa takut terkadang muncul karena itu bisa saja berulang. Makanya dibutuhkan sedikit kegilaan untuk membalap di F1,” imbuh pembalap asal Inggris itu.
Meski semua resiko tersebut selalu membayangi benak para pembalap, namun Button merasa bahwa itu selalu berdampingan dengan ambisi dan kesenangan yang mereka miliki. (otosport.co.id)