Kawasaki Manual Tech menjadi salah satu tim paling solid di kategori road race karena mengikuti balap level nasional dari Indoprix dan IRS (Indospeed Race Series) lalu di Asia pun aktif mengirim pembalap untuk kelas Underbone 115cc dan Supersport 600cc.
Meski bisa dibilang minimalis karena di Indoprix hanya ada 1 tim dengan 2 pembalap tapi soal prestasinya cukup membuat pabrikan Yamaha dan Honda yang punya level lebih besar pun keder. Tak salah memang karena racikan mesin bertenaga superior dari Ibnu Sambodo dengan pembalap berkarakter tak gampang menyerah kerap membuat tim berciri hijau ini menggondol podium.
Prestasinya pun tak tak perlu diragukan dengan menjadi juara Underbone 115 cc Asia dengan Hadi Wijaya di 2010, lalu di 2011, M Fadly yang meraih juara nasional kelas Supersport 600 cc dan terakhir prestasi HA Yudhistira mengunci gelar juara Indoprix kelas 125 cc dengan kemenangan penentuan di Race 2 IP125 dalam kondisi basah.
Bagaimana di 2013? Nampaknya Ibnu Sambodo sebagai tuner merangkap manajer dan team owner kembali melakukan perombakan susunan pembalap. Terutama dengan naiknya Yudhis untuk turun penuh di kelas Supersport 600 cc di seri nasional dan Asia, lalu salah satu pembalap utama saat ini akan digusur.
Siapakah dia? Silahkan tebak sendiri karena faktor pertimbangan kontrak pembalap yang baru habis di 31 Desember 2012 maka nama sesungguhnya baru akan dibuka awal tahun depan. Obsesi membangun tim supersport menjadi mimpi berikutnya oleh tim Manual tech setelah bertahun-tahun bermain underbone.
“Banyak hal baru yang bisa dipelajari dari balap Supersport 600 cc, hal sederhana seperti saat bekerja dengan motor 600 cc yang tak boleh jongkok harus berdiri, padahal kebiasaan kerja di motor bebek selalu jongkok atau pakai bangku pendek, ini soal kebiasaan kecil yang harus dipelajari,” kata Pakde Ibnu yang berharap pembalap Indonesia bisa melampaui kemampuan Katsuaki Fujiwara di motor 600 cc.
Naiknya pembalap asal Binuang secara penuh di kelas 600 cc membuat Gupita Kresna kehilangan tandem. Nyatanya, Pakde Ibnu diam-diam bergerilya mencari pembalap, kali ini juga penuh kejutan karena pilihan pembalapnya kali ini pun berciri pantang menyerah seperti Gupito dengan badan kecil tapi kekar dan tak banyak bicara.
“Satu hal yang saya kurang cocok ketika pembalap punya mental ala selebritis, ini akan membuat pembalap gampang lupa diri dan susah berkembang, apalagi kalau motivasinya melulu soal uang, saya mending lepas dia karena masih banyak pembalap lain yang masih bisa dididik,” kata Pakde Ibnu.
Ini menjadi langkah berbeda dibanding tim road race Indonesia yang kerap hanya mengandalkan salah satu sosok saja entah pembalap, mekanik atau pemilik tim saja. Seperti karakter Pakde Ibnu yang cenderung pendiam tanpa banyak mengeluarkan pernyataan kontroversial, kalaupun ada statement keras, dibungkus dengan bahasa yang santun.
Pada tim Kawasaki Manual Tech, semua elemen telah berjalan kompak dan solid sehingga keberhasilan pembalap jadi juara di podium adalah sukses bersama, tak ada yang jadi aktor tunggal kemenangan. Ini yang susah ditiru oleh tim lain! (otosport.co.id)