Koil Untuk Mesin Bore-Up, Mana Yang Cocok?

Editor - Kamis, 1 April 2010 | 13:27 WIB

Koil Untuk Mesin Bore-Up, Mana Yang Cocok? (Editor - )

OTOMOTIFNET - Ketika tunggangan sudah dibesarkan kapasitas mesinnya, umumnya sektor pengapian pun disesuaikan.

Tak lagi pakai koil standar, tetapi diganti yang mampu menyuplai untuk kapasitas silinder lebih besar lagi. Asumsinya, kan pistonnya sudah gede, jadi perlu pendukung pengapian lebih gede juga.

Pilihannya ada beragam. Mulai dari bermacam-macam moge bisa diambil.

“Sebaiknya gunakan koil yang direct fire, agar hasilnya lebih sempurna, tetapi koil dengan kabel busi pun bisa dipakai,” terang Taqwa SS dari Garden Speed, di kawasan Cilandak, Jaksel.

Pilihannya bermacam-macam, misal Kawasaki KX600, lantas Suzuki GSX400 lawas, kemudian dengan kapasitas tak terlalu besar, seperti penggunaan koil dari Yamaha YZ250 misalnya.

Dengan penggunaan koil dari motor besar itu umumnya voltase yang dihasilkan akan lebih besar. 

Koil Untuk Mesin Bore-Up, Mana Yang Cocok?


Koil Untuk Mesin Bore-Up, Mana Yang Cocok?

Berfungsi sebagai penyalur pemantik api dari busi
Koil Untuk Mesin Bore-Up, Mana Yang Cocok?

Koil moge, perlu digunakan ketika terasa pengapian masih kurang
Koil Untuk Mesin Bore-Up, Mana Yang Cocok?

piston jenong, penyebaran pemanasan pembakaran tidak merata

Namun, apakah lantas perlu menggunakan koil-koil tersebut?

Belum tentu, sebab jika dirasa voltase dan time delay sudah  cukup, maka percikan api ke busi akan berlangsung sempurna. Karena, percikan dari busi hanyalah sebagai pemantik saja.

“Benar, busi berfungsi sebagai pemantik api yang digunakan untuk proses pembakaran,” tuturnya. Namun, lanjutnya pembakaran yang sebenarnya terjadi dalam ruang bakar paling utama disebabkan oleh adanya kompresi.

Lantas hubungannya dengan koil adalah, seberapa besar voltase yang diperlukan untuk ditransfer ke busi sebagai pemantiknya.

Sebenarnya, pembakaran sempurna adalah tujuan dari sebuah mesin agar bekerja optimal.

“Sayang, dengan penggunaan piston dome yang kompresinya lebih tinggi membuat pemerataan pembakaran malah tidak merata, karena bentuk kubahnya tersebut,” ungkap lelaki berambut ikal itu.

Karena tidak sempurna itu perlu sistem pengapian yang lebih baik, agar pembakaran dalam ruang mesin merata. Dari situ, pengapian seperti apa yang diperlukan? Apakah menggunakan koil besar seperti dari moge menjadi lebih baik?

Bisa jadi, tetapi ada yang perlu diperhatikan. Misal saat menggunakan piston 300 cc, bisa saja diambil dari moge berkapasitas 600 cc yang koilnya dua buah per mesin (direct fire).

Tetapi, tak perlu terlalu terburu-buru pakai koil moge. Baik Taqwa maupun Tomy Huang dari BRT, Cibinong, pun masih beranggapan menggunakan koil standar saja.

Penulis/Foto: Ben / Dolok, Johan