Namun, jika sering dihadapkan dengan kondisi jalanan macet, metode pengurasan sebelum mencapai 100 ribu km akan lebih baik.
“Ada juga yang baru mencapai 40 ribu km minta dikuras,” jelas Sarmilih. Di bengkel resmi Suzuki, disodorkan oli transmisi produksi Suzuki Genuine Oil (SGO) ATF berkode 3317.
“Ada juga yang baru mencapai 40 ribu km minta dikuras,” jelas Sarmilih. Di bengkel resmi Suzuki, disodorkan oli transmisi produksi Suzuki Genuine Oil (SGO) ATF berkode 3317.
Klaimnya mampu menahan tekanan suhu tinggi dan mengurangi gejala slip ketika kecepatan tinggi.
“Pindah gigi jadi lebih halus,” promo Yoyok S. Soebadi dari SGO yang menyebut spesifikasinya diatas Dextron III. Satu kemasan botol berisi satu liter dijual di kisaran Rp 80 ribu melalui bengkel resmi Suzuki.
Pemakaian transmisi matik di jalanan macet, apalagi sering melakukan ‘stop and go’ tentunya mempengaruhi kinerja penghenti laju, khususnya rem depan. Jika membandingkan dengan transmisi manual yang sanggup mencapai batas tempuh 70 ribu km, kampas rem mobil transmisi matik bisa lebih cepat habis di kisaran 35 ribu km hingga 40 ribu km.
Pakem ini berlaku untuk rem depan. “Kalau belakang justru lebih awet, bisa tiga kali ganti kampas rem depan, setelah itu baru ganti kampas rem belakang,” tutur Sarmilih. Kalau sudah merambah wilayah pengereman, bisa sekalian memeriksa minyak rem.
Karena asumsi warna minyak rem yang masih bening bukan jaminan kadar airnya rendah. Jika kadar air sudah meningkat, potensi karat di piston pada kaliper dan sil karet siap mengancam. (mobil.otomotifnet.com)
“Pindah gigi jadi lebih halus,” promo Yoyok S. Soebadi dari SGO yang menyebut spesifikasinya diatas Dextron III. Satu kemasan botol berisi satu liter dijual di kisaran Rp 80 ribu melalui bengkel resmi Suzuki.
Pemakaian transmisi matik di jalanan macet, apalagi sering melakukan ‘stop and go’ tentunya mempengaruhi kinerja penghenti laju, khususnya rem depan. Jika membandingkan dengan transmisi manual yang sanggup mencapai batas tempuh 70 ribu km, kampas rem mobil transmisi matik bisa lebih cepat habis di kisaran 35 ribu km hingga 40 ribu km.
Pakem ini berlaku untuk rem depan. “Kalau belakang justru lebih awet, bisa tiga kali ganti kampas rem depan, setelah itu baru ganti kampas rem belakang,” tutur Sarmilih. Kalau sudah merambah wilayah pengereman, bisa sekalian memeriksa minyak rem.
Karena asumsi warna minyak rem yang masih bening bukan jaminan kadar airnya rendah. Jika kadar air sudah meningkat, potensi karat di piston pada kaliper dan sil karet siap mengancam. (mobil.otomotifnet.com)