Lima Penyebab Utama Kematian Mesin Mobil Berakibat Rusak Fatal

Editor - Senin, 8 Februari 2010 | 09:40 WIB

Lima Penyebab Utama Kematian Mesin Mobil Berakibat Rusak Fatal (Editor - )

OTOMOTIFNET - Seperti manusia yang harus menghadapi penyakit-penyakit berbahaya yang menjadi penyebab utama kematian, mobil juga harus dihindari dari problem mesin yang bisa menyebabkan kerusakan fatal.

Kerusakan mesin tentu tidak diinginkan oleh setiap pemilik kendaraan. Namun ada beberapa kerusakan mesin yang dapat berakibat fatal dalam sekejap. Efeknya jelas, Anda akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit akibat kerusakan yang terjadi. Baik untuk membeli spare part  maupun ongkos kerja mekanik.

Hasil penyelidikan kami menunjukkan bahwa ada lima problem yang mampu menyebabkan kerusakan fatal pada mesin ini. Tapi jangan juga ini membuat kita jadi ketakutan tanpa alasan yang jelas. Bila Anda teliti dan mampu mengetahui ciri-ciri atau fungsi dari komponen penting di mesin tersebut, kerusakan ini dapat diminimalkan. Untuk itu, perlu tindakan preventif sebelum hal itu terjadi.

Apa saja jenis kerusakan itu dan bagaimanakah tindakan preventifnya?

1. Timing belt

Fungsi timing belt  adalah sebagai penyelaras putaran kruk as dan katup sehingga keduanya tidak berbenturan. Jadi akan fatal akibatnya bila belt  yang menghubungkan kedua mekanisme ini putus secara tiba-tiba. Kerusakan komponen jelas tak terelakkan lantaran piston akan menumbuk katup yang berada dalam posisi membuka.

Bila hal ini terjadi dalam putaran mesin tinggi, bukan tidak mungkin blok mesin bisa menjadi pecah akibat benturan berkali-kali yang terjadi. Namun hal ini dapat diminimalkan bila Anda selaku pengendara langsung mengetahui kerusakan yang terjadi sehingga mesin tak dicoba lagi untuk distart.

Mesin dengan perbandingan kompresi rendah, dan mesin  yang dilengkapi turbocharger  atau supercharger  cenderung lebih kecil kemungkinannya mengalami kerusakan ini lantaran jarak antara katup dengan piston yang memliliki celah agak jauh ketimbang mesin normally aspirated.

Langkah preventif:
•    Ganti timing belt  secara berkala sesuai rekomendasi, atau sekitar 25-30 ribu km.
•    Percepat penggantian timing belt  bila mobil sering melewati jalan macet.

2. Knocking di mesin turbocharger

Tekanan tinggi di ruang bakar pada mesin yang dilengkapi alat pemasok udara paksa seperti turbocharger atau supercharger  membuat beban piston menjadi sangat tinggi. Itu sebabnya piston bisa mengalami kerusakan seketika bila mesin sampai mengalami gejala knocking.

Pembakaran dini sebelum waktunya akan membuat piston bergetar hebat dan suhu di ruang bakar meningkat secara drastis. Penyebabnya tentu bermacam-macam, mulai dari kegagalan kinerja cooling system,  penyetelan tekanan turbo atau supercharger  yang berlebih, hingga kualitas bahan bakar yang tidak sesuai kebutuhan.

Langkah preventif:
•    Gunakan bahan bakar berkualitas dengan kadar oktan minimal 95.
•    Periksa cooling system  secara berkala, termasuk komponen-komponennya seperti kipas elektrik, thermoswitch,  dan lain-lain.


3. Water hammer


Terisapnya air ke dalam ruang bakar (water hammer) merupakan salah satu problem dengan akibat paling fatal bagi mesin mobil. Air yang yang jauh lebih padat dari udara, bila sampai memenuhi ruang bakar, tentu tidak dapat tekan saat langkah kompresi. Dalam kondisi katup tertutup, tekanan air yang terjadi akan menghancurkan komponen terlemah di ruang bakar yakni piston.

Nah, di musim hujan seperti sekarang, wasapdalah dengan genangan air yang siap menghadang.

Langkah preventif :
•    Ketahui ketinggian saluran masuk udara di mobil sebelum melewati genangan air.
•    Jangan coba-coba menstart jika mesin mati di tengah banjir.
•    Buka busi lalu start mesin untuk mengeluarkan air di ruang bakar.

4. Overheat

Bila mesin beroperasi melebihi batas suhu kerjanya, sudah pasti kerusakan komponen akan terjadi. Tapi pada mesin modern, komputer akan secara otomatis melindungi mesin dengan cara menon-aktifkan mesin secara bertahap. Seperti memberhentikan kerja kompresor AC, lalu berlanjut ke mode aman (safe mode) hingga saatnya mesin akan dihentikan secara total.

Tapi pada mobil era 1990-an, tentu fitur ini belum tersedia. Namun Anda dapat mencirikannya dengan hadirnya gejala knocking  saat berakselerasi dan jarum indikator yang bergerak menuju batas H.

Langkah preventif :
•    Periksa cooling system  dan jumlah oli mesin secara berkala.
•    Perhatikan indikator suhu ketika gejala knocking  timbul.
•    Berhentikan mobil secepat mungkin ketika Anda mengetahui overheat  terjadi.

5. Kebocoran oli

Di jenis mesin apapun, bocornya pelumas sudah pasti menyebabkan kerusakan parah dan fatal akibatnya. Menurunnya jumlah oli mesin secara drastis akan menyebabkan friksi pada komponen bergerak akan meningkat sehingga berdampak pada peningkatkan suhu mesin (overheat) dan keausan luar biasa.

Salah satu penyebab adalah kerusakan baut penutup lubang pembuangan oli yang terletak di bawah mesin akibat terkena benturan di jalan. Memang hal ini jarang terjadi, tapi Anda perlu mencermati indikasi berupa lampu indikator oli di dasbor yang menyala akibat pompa oli kehilangan tekanan. Penyebab lain adalah kebocoran pada sil-sil di mesin, meski kerusakan semacam ini tidak menyebabkan penurunan jumlah oli secara drastis, namun bertahap.

Langkah preventif
•    Periksa jumlah oli secara berkala.
•    Jangan menganggap remeh indikator oli yang menyala meski hanya berkedip. Segera periksa jumlah oli agar kerusakan tidak semakin parah. Sebab ini menandakan pompa oli sempat kehilangan tekanannya.