Oli OEM Vs Aftermarket (Bag.2) Pilihan Masih Tetap Terbuka

billy - Sabtu, 24 September 2011 | 12:03 WIB

(billy - )

 
JAKARTA - Pada edisi lalu telah diuraikan soal bagaimana sebenarnya pihak APM (Agen Pemegang Merek) yang ditengarai oleh pihak Perdippi (Perhimpunan Distibutor, Importir, dan Produsen Pelumas Indonesia) melakukan praktek ‘monopoli’ atas penjualan produk pelumas. Sudah tentu pihak APM menolak keras tuduhan tersebut, karena selain menawarkan produk OEM tersedia juga opsi produk aftermarket.

Tengok dilakukan para APM, seperti dilakoni Suwanda Setiadi mengungkapkan bahwa meski saat ini telah menjalin kerjasama strategis dengan produsen pelumas Total Oil di seluruh bengkel resmi namun tetap tersedia produk lainnya. “Saat ini selain Total, tersedia juga produk lain seperti Q8, Castrol, dan produk OEM kami,” sebut Direktur Purna Jual PT KIA Mobil Indonesia (KMI) ini.  Memang pihak KMI akan sendiri berharap bisa lebih memastikan pilihan pelumas yang bisa direkomendasikan secara resmi ke konsumen.

Pihak gerai dan bengkel importir umum yang memasarkan mobil CBU sejatinya juga sudah melakukan pengerucutan pilihan merek produk pelumas bagi konsumen. “Kami kan sudah melakukan perawatan mobil yang dibeli konsumen sejak awal, umumnya juga menurut saja rekomendasi pelumas dari kami,” ujar Effendi Service Manager Garasindo Auto Workshop yang berada di bilangan Warung Buncit, Jaksel.

Effendi menerangkan bahwa jika ada konsumen yang fanatik dengan satu merek tertentu bisa tetap diterima opsinya. Tapi hal itu didahului dengan perjanjian khusus bahwa jika ada masalah pada komponen mesin maupun transmisi sesudahnya maka hal tersebut tidak di-cover pihaknya. Ditambahkan bahwa untuk pelumas yang dipakai oleh pihak Garasindo adalah produk Total. Ini berlaku untuk yang mobil CBU maupun yang bermerek Chrysler-Dodge-Jeep yang juga diageni Garasindo.

MENGISI KEKOSONGAN
Kepastian akan stok maupun harga adalah alasan utama dari niatan bengkel resmi APM maupun CBU saat memeilih sebagian kecil produk pelumas sebagai referensi resmi. Hal ini yang menurut mereka membuat alternatif akhirnya memang tak bisa terlalu banyak. “Apalagi kami yang harus membuat program garansi di seluruh Indonesia,” kata Suwanda. Ia menambahkan bahwa sulit dilakukan jika, ambil contoh, price list produk pelumas dari sebuah bengkel resmi harus berubah-ubah. Haram pula jika stok sampai habis.

Boleh jadi itu pula yang sebenarnya tidak mampu dilakukan oleh banyak anggota Perdippi. Padahal pihak bengkel resmi APM memang ‘wajib’ membuat proyeksi pengadaan stok suku cadang dan produk otomotif yang dijajakan secara terukur berikut harga yang tidak fluktuatif. Tidak heran jika pihak APM yang sempat ditemui OTOMOTIF memang sudah melakukan maupun berencana untuk ‘mengunci’ pilihan merek produk pelumas dalam jumlah terbatas.

“Untuk sementara memang masih transisi, target pihak prinsipal memang tahun 2012 sudah bisa di-lock, oli OEM kami juga berisi produk Total, ini bagian dari edukasi ke konsumen,” tegas Suwanda. Kendati begitu ia juga mengakui jika keberadaan produk pelumas non Total dan OEM masih bakal dipajang. Hal ini mengingat tak semua produk keduanya bisa memenuhi sejumlah kebutuhan spesifik atas komponen mobil KIA, misalnya transmisi. “Kami tidak bisa memakai produk yang speknya “equivalent”, semua harus tepat speknya,” tegas pembesut KIA Sedona itu. Untuk ini pihaknya akan memilih sejumlah opsi yang memang sesuai dengan spesifikasi teknis produk-produk KIA dari berbagai tahun pembuatan.

 Soal interval ganti oli saja konsumen masih banyak belum paham (kiri). Di gerai CBU juga menyediakan pilihan merek produk pelumas yang tidak banyak jumlahnya(kanan).
Senada dengan itu, Effendi juga menyebut bahwa secara prinsip penetapan produk pelumas yang direferensikan secara resmi wajib memenuhi tiga hal. “Yaitu soal SAE, API Service, dan bahan dasarnya,” kata pria yang sebelumnya berkarier di Nissan Indonesia ini. Itupun masih harus diketahui juga kandungan bahan aditif, hal ini lagi-lagi disesuaikan dengan teknologi mesin.

POSISI DILEMATIS
OTOMOTIF menemui salah seorang penanggung jawab sebuah bengkel resmi salah satu APM merek Jepang. Pria yang minta dianonimkan ini mengakui bahwa ia memang berada dalam posisi dilematis dalam soal ini. “Konsumen masih banyak yang salah informasi. Di buku manual pun hanya merekomendasikan pakai oli yang ditentukan oleh pabrikan mobil. Tidak mewajibkan dan tidak ada kalimat akan menggugurkan. Kecuali jenis olinya (SAE, API Service, dsb),” herannya.

Sementara pihak bengkel resmi punya kewajiban menjual oli labelan merek mobil dengan target tertentu. Padahal, pihak APM acap tidak memberikan ‘pendukung’ yang memadai. “Mereka (perusahaan oli tersebut non OEM, red) juga invest di bengkel berupa tools kit,” herannya.  Perkakas yang makin memadai sejatinya akan ikutan menunjang pula revenue buat bengkel dan tentu saja bagi APM itu sendiri.

Pria yang lokasi bengkelnya juga minta di-skip ini juga menyebut bahwa sebenarnya tak sedikit konsumen sudah fanatik sama satu merek pelumas. Ia bersiasat untu memang tidak memajang produk tersebut terang-terangan. Lagi pula pabrikan mobil itu enggak ada yang juga memproduksi pelumas. “Itu artinya, mereka memakai oli merek tertentu yang terkenal dan dikemas dengan labelan merek mobil. Jadi sah-sah dan sama saja kan kalau konsumen pakai merek lain,” tutupnya.

Jadi masih bisa memilih dong?   (mobil.otomotifnet.com)