Namun ternyata dari sisi pembalap, kru tim dan pihak terkait, penyelenggaraan balapan dalam 3 pekan berturut-turut justru menuai kontroversi tersendiri. Mengingat penyelenggaraan ini menguras tenaga, pikiran serta kerja keras semua pihak yang terlibat.
Bagi para pembalap di MotoGP, kondisi serupa juga masih jadi perdebatan. Namun sebagian besar merasakan bahwa penyelenggaraan balapan dari 3 pekan berturut-turut, sudah terlalu banyak. “Kita bisa melihat, penyelenggaraan MotoGP sudah terlalu banyak,” ungkap Casey Stoner.
Tidak berbeda dengan Stoner, Valentino Rossi juga menganggap bahwa kondisinya memang seperti itu. Tapi Rossi lebih menekankan pada faktor safety bagi pembalap. “Bagi saya, 3 seri berturut-turut terlalu banyak. Beberapa tahun lalu kami membicarakan hal ini bersama safety commission balap MotoGP agar tidak memberlakukan 3 seri beruntun. Tapi Carmelo Ezpeleta (CEO Dorna Sports) malah membuatnya jadi mungkin,” kesal Rossi.
“Dua seri balapan dalam dua pekan sudah jadi pekan yang sangat sibuk bagi pembalap. Satu-satunya hal positif dengan digelarnya balapan beruntun tersebut adalah para pembalap bisa mengalihkan fokusnya di pekan selanjutnya jika ia mengalami balapan yang buruk di seri sebelumnya,” timpal Cal Crutchlow.
Sementara bagi Andrea Dovizioso ia lebih peduli dengan kehidupan masing-masing individu. Dovi menganggap bahwa semua orang ingin juga menjalankan aktivitas lain, jadi tidak ada alasan untuk menambah seri secara beruntun.
Lain lagi halnya dengan Nicky Hayden. Pembalap asal Owensboro, Kentucky-Amerika itu menganggap bahwa ia besar dalam kondisi balapan yang digelar saban akhir pekan. Jadi tidak masalah baginya untuk menjalani balapan setiap akhir pekan. (otosport.co.id)