|
Jakarta - Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kecelakaan. Pertama adalah kondisi lingkungan, lalu pihak ketiga, kendaraan dan pengendaranya. Paling banyak atau sekitar 90% karena yang disebut terakhir.
"Bisa karena kelelahan, gangguan dari luar seperti menerima telepon pakai HP, keterampilan yang kurang, serta ketidakmampuan mengindikasi bahaya dan penilaian risiko (IBPR)," tutur Momon S Maderani dari Indonesia SmartDrive Driving Consulting di Utan Kayu, Jaktim.
Contoh IBPR misalnya saat seseorang mengemudi dan melihat truk yang syarat muatan berjalan terseok-seok di depannya. Si pengendara seharusnya bisa melihat indikasi adanya bahaya di depan kendaraannya.
Dari situ si pengemudi bisa menentukan potensi risiko yang akan di terimanya jika kendaraannya terlalu dekat dengan truk tadi. Jadi bisa segera mengambil tindakan agar bisa menghindar dari resiko kecelakaan.
"Jika dia tahu dan bisa mengantisipasinya kecelakaan bisa dihindarkan. Sayangnya tidak banyak pengendara di sini yang seperti itu," lanjut pehobi off road ini.
Kondisi lalu lintas juga mempengaruhi tingkat kecelakaan. Macet, saling serobot, membuat mental pengendara merasa harus siap perang begitu turun ke jalan.
Efek psikologisnya jelas berbeda jika dari rumah ketika hendak berangkat hati sudah siap berbagi jalan dengan pengendara lain. "Semua kembali kepada pengendara itu sendiri."
Road safety sendiri secara harafiah berarti berkendara aman di jalan, bisa dengan menggunakan motor (safety riding) atau mobil (safety driving). Ada juga yang mengistilahkannya dengan smart driving atau riding.
Semua sama, intinya merujuk pada keselamatan berkendara di jalan.“Tidak selalu berhubungan dengan teknik berkendara, tetapi lebih ke perilaku pengendara saat di jalan,” ujar Momon lagi. (mobil.otomotifnet.com)
"Bisa karena kelelahan, gangguan dari luar seperti menerima telepon pakai HP, keterampilan yang kurang, serta ketidakmampuan mengindikasi bahaya dan penilaian risiko (IBPR)," tutur Momon S Maderani dari Indonesia SmartDrive Driving Consulting di Utan Kayu, Jaktim.
Contoh IBPR misalnya saat seseorang mengemudi dan melihat truk yang syarat muatan berjalan terseok-seok di depannya. Si pengendara seharusnya bisa melihat indikasi adanya bahaya di depan kendaraannya.
Dari situ si pengemudi bisa menentukan potensi risiko yang akan di terimanya jika kendaraannya terlalu dekat dengan truk tadi. Jadi bisa segera mengambil tindakan agar bisa menghindar dari resiko kecelakaan.
"Jika dia tahu dan bisa mengantisipasinya kecelakaan bisa dihindarkan. Sayangnya tidak banyak pengendara di sini yang seperti itu," lanjut pehobi off road ini.
Kondisi lalu lintas juga mempengaruhi tingkat kecelakaan. Macet, saling serobot, membuat mental pengendara merasa harus siap perang begitu turun ke jalan.
Efek psikologisnya jelas berbeda jika dari rumah ketika hendak berangkat hati sudah siap berbagi jalan dengan pengendara lain. "Semua kembali kepada pengendara itu sendiri."
Road safety sendiri secara harafiah berarti berkendara aman di jalan, bisa dengan menggunakan motor (safety riding) atau mobil (safety driving). Ada juga yang mengistilahkannya dengan smart driving atau riding.
Semua sama, intinya merujuk pada keselamatan berkendara di jalan.“Tidak selalu berhubungan dengan teknik berkendara, tetapi lebih ke perilaku pengendara saat di jalan,” ujar Momon lagi. (mobil.otomotifnet.com)