Pandangan ATPM Pada Penggunaan BBM Nonsubsidi!

Editor - Senin, 11 Oktober 2010 | 12:21 WIB

(Editor - )


Baik I-Vtec ataupun VVT-i sanggup menerima toleransi perbedaan oktan antara BBM

OTOMOTIFNET - Tak hanya sekadar menjual, pihak ATPM punya pandangan jauh ke depan tentang pembatasan pemakaian BBM nonsubsidi. Hingga kini, keharusan menggunakan catalytic converter untuk mencapai ambang batas emisi Euro II sangat membantu keawetan mesin kendaraan, sekaligus menuntut bensin berkualitas.

Tapi mesti diperhatikan cara seperti apa yang akan digunakan supaya pembatasan BBM bersubsidi dapat benar-benar terlaksana dengan baik dan efisien.

"Honda sangat mendukung pembatasan BBM bersubsidi, apalagi teknologi mesin keluaran Honda sekarang ini sudah canggih dengan pemakaian i-VTEC," terang Jonfis Fandy, marketing & aftersales director PT. Honda Prospect Motor (HPM).

Maksudnya, justru dengan pemakaian BBM nonsubsidi kinerja mesin akan semakin bagus. Dalam artian bagus di segi perawatan yang lebih mudah, konsumsi yang lebih irit dan pencapaian performa mesin yang maksimal. Hasilnya, pemilik dapat benar-benar merasakan performa mesin yang dimilikinya.


Jonfis. Teknologi mesin sekarang semakin canggih dan efisien

Ambil contoh saja penggunaan BBM beroktan 92 di Honda Jazz yang menuntut BBM beroktan minimal 91. "Selama memakai bensin yang punya oktan lebih tinggi, mesin justru akan bekerja lebih baik," lanjut pria tinggi besar ini. Belum ada ceritanya mesin yang justru rusak karena pemakaian oktan bensin lebih tinggi.

Tapi bukan berarti pakai yang paling tinggi jadi lebih baik juga. Misal ingin pakai oktan 95 di mesin yang menuntut oktan 91. Memang tak serta merta merusak, tapi timing tiap mesin sudah diatur untuk bekerja di titik paling optimal. Jadi, seandainya pakai bensin oktan 95 yang punya titik ledak lebih rendah, artinya ketika di timing pengapian yang seharusnya, bensin justru akan terbakar lebih dahulu sebelum waktunya. 

Pun begitu sebaliknya kalau pakai bensin dengan oktan lebih rendah. "Justru bensin tidak terbakar ketika komputer memerintahkan busi untuk memercikkan api. Itu sebabnya timbul knocking," papar Iwan Abdurahman, technical trainer PT. Toyota Astra Motor (TAM).

Penulis/Foto: Rio, Manut / Johan