Konsumen Meminta Penanganan Kasus Fuel Pump Tidak Bertele-Tele

Editor - Selasa, 27 Juli 2010 | 10:27 WIB

(Editor - )

OTOMOTIFNET - Seminggu belakangan ini To­ny, pemilik Hyundai Avega 2008, boleh jadi yang paling gun­dah gulana. Setelah Avega kesayangannya mogok di Jl. Gatot Subroto, Jaksel, berulang kali pria warga Bekasi, Jabar ini menelpon ke redaksi.

“Apakah benar banyak kasus jebolnya fuel pump seperti saya. Bagaimana tanggapan pemerintah,” tuturnya via telpon.

Teddy Irawan, VP PT Nissan Motor Indonesia (NMI) miris dengan banyaknya unit Nissan yang masuk ke jaringan bengkel resmi. “Kalau meilhat permintaan unit fuel pump, stok setahun ke depan bisa habis. Apa harus ambil dari unit yang lagi dirakit. Enggak bisa jualan mobil dong!” tambahnya.

Namun dari semua benang merah di hati konsumen adalah agar semua pihak dengan cepat merespons kasus ini, mulai PT Pertamina, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) bahkan laboratorium inde­penden. “Harus cepat tanggap, jangan bertele-tele,” terang Tulus Abadi, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia(YLKI).

Maksudnya, suara dan hak kon­sumen harus tetap diutamakan. Tak hanya konsumen pribadi, namun juga perusahaan seperti perusahaan Taksi yang fuel pumpnya jebol. Apalagi hampir setelah kejadian seminggu lalu, belum ada keterangan resmi dari instasi yang berkepentingan. Kayaknya cuma wait and see.

“Kalau Pertamina terbukti teledor, para konsumen yang dirugikan bisa menuntut ganti rugi, “ Tambah Tulus.

PT Pertamina melalui Basuki Trikora Putra, VP Komunikasi korporat, sangat yakin 100% bahwa penyebabnya bukan dari Premium yang diracik Pertamina. “Kualitas Premium selalu terkontrol. Pengawasannya bukan hanya dari kami, juga dari BP Migas. Selalu dicek setiap hari,” tambah pria dandy ini.

Ia malah menyarankan check dan recheck terhadap mobil yang bermasalah. Seperti apakah sudah dirawat dengan benar. “Ini sudah urusan bengkel dan pemilik, bukan Pertamina,” tambahnya.

Sebaliknya, ATPM juga berpihak kepada konsumen. “Banyak unit baru yang tertimpa masalah ini. Sayang ATPM tidak menerima klaim dan garansi karena ini pure masalah bensin,” terang seorang operator Taksi di Jakarta. Terpaksa fuel pump beli sendiri tapi ATPM menolak memberi keterangan tertulis kalau masalah ini karena bensin!

Hal lain yang segera merebak yakni embusan kampanye negatif. Bukan rahasia dalam waktu dekat pemerintah hanya mengizinkan mobil produksi tahun 2005 ke bawah yang boleh minum Premium. “Dengan adanya kasus begini, bisa saja seakan Pertamina ‘memaksa’ semua orang beralih ke Pertamax,” tambah Tulus.

Wah jadi kemana-mana nih!


Penulis/Foto: Bil / Tigor