OTOMOTIFNET - Satu dari 4 pegokart Indonesia nyaris mencetak sejarah di seri 2 WSK Eropa di Sirkuit South Garda, Lonato, Italia, Minggu (28/3). Tiga pegokart lainnya masih tahap adaptasi dan menambah jam terbang di ajang internasional. Namun kerasnya persaingan dirasakan seluruh pegokart Merah Putih.
RUMAH SETIR BENGKOK
Kevin Susilo, pegokart yang masuk prefinal kelas KF2 (senior) itu akhirnya mulus melangkah ke babak prefinal dengan start ke-14.
Ini tentu prestasi tersendiri karena untuk bisa ke sana harus bersaing dengan 89 pegokart lainnya di babak kualifikasi heat yang digelar 4 kali. Apalagi kali ini tidak dilangsungkan second chance untuk menggenapkan 34 pegokart dari 28 pegokart yang lolos prefinal secara otomatis seperti biasanya.
Dengan start 14, asumsinya pegokart Surabaya itu bisa menjumput poin. Seperti diketahui, pegokart yang bisa finish 15 akan mendapat poin satu. Demikian seterusnya jika finish 14 berarti mendapat poin 2. Jika Kevin yang sejak akhir tahun lalu naik kelas senior bisa finish minimal seperti posisi startnya, akan mencetak sejarah sebagai pegokart Indonesia pertama meraih poin di ajang WSK.
Dua pegokart Indonesia yang nyaris melakukan itu Roy Haryanto dan Firhand Ali pada tahun ‘90-an. Hanya saja keduanya masih finish di urutan 17. Namun, peluang di depan mata itu akhirnya sirna setelah Kevin harus berhenti di lap ke-5 karena dihajar pegokart lain. Padahal, baru saja menyalip Chris Lock (Inggris). Akibatnya, rumah setir bengkok.
Di final, lebih parah. Kevin mengalami insiden dengan 3 pegokart yang mengakibatkan tidak bisa menyelesaikan lap pertama dari total 25 putaran. Lagi-lagi akibatnya rumah setir gokart Kevin bengkok.
Toh, Danilo Rossi selaku manajer DR Racing tempat Kevin bernaung memberi pujian tersendiri. Yakni ketika di heat terakhir kualifikasi dengan kondisi mesin tidak ada problem, Kevin berhasil mendahului beberapa pegokart dengan luar biasa.
"Saya tetap acungi jempol dengan perkembangannya. Mudah-mudahan ini menjadi titik balik kiprahnya di KF2, seperti yang dilakukan di KF3," kata mantan pegokart yang pernah menjadi juara dunia di kelas berbeda ini.
Saat di KF3 tahun lalu, Kevin beberapa kali naik podium kemenangan di antaranya di Salerno (Napoli) dan La Conca. Di event ini, Kevin sempat mencetak kejutan dengan membuat fastest lap di babak eliminasi C.
Pegokart Indonesia yang lain di kelas KF2, Andi Avianda T. Jakile (20 tahun) yang memperkuat Maddox Team gagal masuk prefinal. Dari 4 kualifikasi heat yang diikuti, Davi, panggilannya, finish 24 dari 34, finish 28 dari 36 (heat 2), heat 3 tidak finish karena tabrakan dan ke-28 dari start 36 (heat 4).
"Hasil yang dicapai Davi sudah cukup baik. WSK kan ajang perdana bagi dia. Davi juga relatif baru di gokart. Balapnya aja baru 14 kali, bandingkan dengan pegokart di sini yang sudah ratusan kali," kata Irawadi Hanafi, manajer tim Davi.
Philopaz Patrick Armand dan Andhika T. Sasabone juga tak bisa masuk 34 besar untuk lolos prefinal di kelas KF3. Philo bahkan sempat dibawa ke poliklinik karena sempat ditimpa pegokart lain. "Bagi Philo kan masih menimba jam terbang. Ia baru di ajang ini. Fase ini memang harus dilalui," ujar Max Armand, sang ayah tentang pegokart yang membela bendera Tony Kart Junior Racing Team itu.
"Persaingan bukan lagi ketat melainkan super ketat. Jago-jago dunia ada di sini, belum lagi didukung mekanik andal. Andhika di heat terakhir Sabtu tidak start karena masalah teknis dan masih perlu waktu bersaing masuk 34 besar Masalah jam terbang harus ditingkatkan dan naluri fighting yang kuat," ungkap Art Sasabone, yang mendampingi sang anak di South Garda.
Mereka akan kembali turun di seri 3 WSK Zuera, Zaragoza, Spanyol, 17-18 April mendatang.
Penulis/Foto: Bud / Santen