Generasi Suzuki Shogun (1)

Editor - Minggu, 12 Oktober 2008 | 07:14 WIB

(Editor - )

Suzuki Shogun adalah jenderal atau pemimpinan ATPM Suzuki dalam memenangkan pertarungan pasar roda dua Tanah Air. Bukan hanya secara harfiah, Shogun berarti jenderal, kehebatan nama ini melegenda sampai sekarang. Nilai bekasnya tetap jadi lirikan.

Padahal sejarahnya lumayan panjang. Nama Shogun mulai digunakan PT Indomobil Niaga International (IMNI) untuk bebek 4-tak pertamanya sejak 1996. Kalau dihitung sampai saat ini artinya nama itu sudah dipakai 12 tahun.

Paling lama di antara tipe lain yang masih dijual dan diproduksi hingga sekarang. Maklum nama Shogun punya sejarah harum. Terang saja bebek 4-tak tercepat di zamannya ketika itu. Dalam perkembangannya, memang beberapa langkah yang diambil produsen ini sempat membingungkan pasar.

Saat Shogun 110 sedang top-topnya, eh malah dihentikan. Nama itu kemudian dipakai buat bebek 125 cc. Penggantian ini terjadi pada awal 2004. Mungkin pasar 125 cc menarik minat karena pada saat itu hanya diisi Honda dengan Karisma.

Dalam memperkenalkan produk ini pun Shogun mempunyai jurus khusus dibandingkan merek lain. PT IMNI selalu membuat atau menggelar Suzuki Jelajah Negeri. Ajang ini selalu merupakan pembuktian ketangguhan Shogun. “Ini membuktikan ketangguhan Shogun serta keunggulan lainnya,” ujar Subronto Laras, Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki International saat akhir perjalanan SJN III yang menempuh jarak 20.000 km.

PERIODE 1995-1997


Masih teromol kurang pakem

Shogun yang pertama nongol diberi kode FD110. “Saat pertama diluncurkan masih menggunakan teromol pada sistem pengereman. Model lampu utamanya masih seperti Suzuki Tornado yang seperti robot. Kotak dan gembung,” jelas Paulus Suwandi yang kini menjabat di bagian servis roda empat, PT IMNI.

Bodi masih seperti Tornado 110 yang serba gemuk. Dianggap sebagai pelopor motor bebek 4-tak dengan bodi aerodinamis. Ketika itu motor bebek lain masih berkutat dengan bodi kaku dan kalau sekarang malah boleh dibilang cupu alias culun punya.

Generasi pertama ini punya CDI yang banyak dilacak mekanik balap. Katanya non limiter dan tahan lama. “Ciri lainnya pada metarial kruk as yang lebih kuat dan lebih balance,” jelas Ibnu. Mungkin dia sudah lupa ya.

“Batang klepnya juga kuat, menjadi incaran mekanik,” kata Hasan Basri dari Hasan Motor di Kelapa Dua, Jakarta Barat. Komponen lain yang diakui ketangguhannya adalah kampas kopling yang awet juga rantai keteng.

Tapi, Shogun awal ini beberapa unit terjadi kebocoran pada paking kepala silinder. Yaitu paking yang terletak antara sambungan head dan blok. Sudah beberapa kali bongkar-pasang masih bocor.

ERA 1997-1999 SUDAH CAKRAM


Rem sudah diperbaiki

Akselerasi dan top-speed Shogun 110 paling yahud di zamannya untuk ukuran bebek 4-tak. Maklum ketika itu kapasitas silinder paling besar. Jika masih mengandalkan rem depan teromol, sama saja harus jalan pelan. Buat apa mesin canggih tapi larinya seperti siput.

Ketika itu Suzuki coba memenuhi kemauan pasar. “Meluncurkan Shogun 110 yang dilengkapi rem cakram. Ini juga masih mengambil teknologi rem dari kepunyaan Suzuki Tornado GS110 yang sudah cakram,” jelas Josep Antony dari bagian training roda dua PT IMNI.

Mesin mengalami perubahan. Terutama pada kruk as. Jika ditimbang lebih berat sedikit dibanding generasi sebelumnya, yaitu 2,25 kg. Oleh mekanik balap kerap dijadikan pilihan kedua bila versi pertama tidak ada.


Penulis: Nurfil, Aong  (Motor Plus)