Jakarta – Melihat sosok bongsornya, Mercedes Benz GL 500 cocok jika dijuluki ‘gajah’. Yup, ukuran GL500 memang ekstra besar. Tengok saja dimensinya yang memiliki panjang total 5.088 mm, lebar 1.920 mm dan tinggi 1.840 mm.
Meski begitu kenyamanan optimal khas Mercy tetap terasa. Nah, seperti apa sensasinya saat dikemudikan? Yuk, lanjut.
Pertama kali masuk ke dalam kabin, nuansa mewah dan ‘keribetan’ khas mobil premium langsung terasa. Maklum, berbagai macam tombol dan tuas pada dashboard dan sekitar setir kemudi langsung menyapa. So, dibutuhkan beberapa saat untuk mengetahui fungsinya masing-masing.
Mesin mulai dinyalakan, lalu lepas rem parkir. Anda menyangka tuas rem ini berada di center cluster atau pedal di kaki layaknya mobil premium lain, maka anda salah. Sebab tuas rem parkir justru terdapat di bawah kanan setir.
Oiya, tuas transmisi juga berada di belakang setir, mengingatkan kita pada metromini. Keuntungannya, center cluster menjadi lega, dan tuas bebas dari jangkauan anak-anak.
Masuk ke posisi D, tenaga yang dihasilkan oleh mesin V8 5.5 liter dengan tenaga 388 dk memang nyaman. Tak terasa tenaga berlebihan, sehingga tetap nyaman dikemacetan kota.
Berbodi bongsor, tak membuat pengendalian GL500 sulit. Bahkan sebaliknya, mengemudikan GL500 justru menyenangkan. Pasalnya pilar A yang di desain tegak, dan pandangan depan luas cukup mampu mengeliminasi blind spot. Feeling menyetir GL 500 persis mengemudikan mobil yang lebih kecil.
Dibekali dengan tingkat kekerasan suspensi mode Sport dan Comfort, GL500 menawarkan sensasi berbeda bagi penumpangnya. Saat mode Sport, otomatis suspensi akan mengeras, namun mobil stabil saat digeber kencang. Sementara mode Comfort lebih cocok dipakai saat perjalanan santai, jalan bergelombang atau di dalam kota.
Asiknya lagi ketinggian suspensi mobil seharga Rp 1,99 miliar (off the road) ini bisa diatur dalam tiga step. Cukup memutar kenob di dalam kabin, otomatis suspensi akan naik atau turun walau mobil dalam keadaan berjalan. (mobil.otomotifnet.com)
Meski begitu kenyamanan optimal khas Mercy tetap terasa. Nah, seperti apa sensasinya saat dikemudikan? Yuk, lanjut.
Pertama kali masuk ke dalam kabin, nuansa mewah dan ‘keribetan’ khas mobil premium langsung terasa. Maklum, berbagai macam tombol dan tuas pada dashboard dan sekitar setir kemudi langsung menyapa. So, dibutuhkan beberapa saat untuk mengetahui fungsinya masing-masing.
Mesin mulai dinyalakan, lalu lepas rem parkir. Anda menyangka tuas rem ini berada di center cluster atau pedal di kaki layaknya mobil premium lain, maka anda salah. Sebab tuas rem parkir justru terdapat di bawah kanan setir.
Oiya, tuas transmisi juga berada di belakang setir, mengingatkan kita pada metromini. Keuntungannya, center cluster menjadi lega, dan tuas bebas dari jangkauan anak-anak.
Berbodi bongsor, tak membuat pengendalian GL500 sulit. Bahkan sebaliknya, mengemudikan GL500 justru menyenangkan. Pasalnya pilar A yang di desain tegak, dan pandangan depan luas cukup mampu mengeliminasi blind spot. Feeling menyetir GL 500 persis mengemudikan mobil yang lebih kecil.
Dibekali dengan tingkat kekerasan suspensi mode Sport dan Comfort, GL500 menawarkan sensasi berbeda bagi penumpangnya. Saat mode Sport, otomatis suspensi akan mengeras, namun mobil stabil saat digeber kencang. Sementara mode Comfort lebih cocok dipakai saat perjalanan santai, jalan bergelombang atau di dalam kota.
Asiknya lagi ketinggian suspensi mobil seharga Rp 1,99 miliar (off the road) ini bisa diatur dalam tiga step. Cukup memutar kenob di dalam kabin, otomatis suspensi akan naik atau turun walau mobil dalam keadaan berjalan. (mobil.otomotifnet.com)