Sudut Pandang Safety Dan Defensive Driving Pada Kecelakaan RAV4

Editor - Senin, 15 Maret 2010 | 13:52 WIB

(Editor - )

OTOMOTIFNET - Mengamati kejadian tragis di jalan menikung tersebut, Jusri Pulubuhu, training director JDDC (Jakarta Defensive Driving Consulting) mengatakan kasus ini ada beberapa faktor penyebab kecelakaan, namun faktor mana yang dominan tentunya diperlukan sebuah investigasi comprehensive.

Faktor utama dari pengemudi. Besar dugaan pengemudi itu belum kompeten. Menyangkut kompetensi mengemudi masih menjadi masalah besar di Tanah Air kita.

“Mayoritas pengemudi di sini ada pada kategori Competent Based Experience (CBE) sedangkan pada aktivitas mengemudi yang diperlukan adalah orang-orang yang Competent Based Training (CBT),” jelas Jusri.

Orang yang berkategori CBE, ketika berhadapan pada sebuah situasi kritis yang terjadi adalah sebuah aksi spontan dimana refrensi aksi tersebut bisa bersumber dari; sebuah kebiasaan/aksi yang berawal dari kekhawatiran/ketakutan sehinga proses aksi yang dilakukan tanpa melalui rangkaian proses identifikasi analisa.

Artinya seseorang di kategori CBE umumnya akan bertindak spontan berdasarkan kebiasaan atau setidaknyamelakukan sesuatu dari sebuah opini yang mungkin tak teruji secara ilmiah. Namun akan berbeda bilamana kasus serupa dihadapi oleh orang-orang yang ada pada kategori CBT, mereka sejak awal cenderung sudah mengantisipasi kondisi lintasan yang gak jelas kondisinya.

Mereka akan cenderung bertindak sebagaimana prosedural, contoh dalam menghadapi sebuah tikungan yang enggak dikenal maka sejak awal melakukan perlambatan maksimal.

WEIGHT CENTER

Dari faktor kendaraan, Jusri menganalisa kalau semakin tinggi mobil, maka semakin rendah tingkat stabilitasnya. Letak weight center (pusat berat) akan memberikan kontribusi pada kestabilan kendaraan.

Pusat berat tinggi akan tidak aman untuk melakukan manuver. Beda dengan sedan yang memiliki weight center rendah. “Sebaiknya pengemudi harus memahami ini,” tegasnya.

Lebih detil, Pehobi motor trail ini mengamati spek teknis RAV4 yang sudah punya fitur keselamatan dan keamanan lengkap. “Dengan adanya ABS, EBD, BA dan lainnya, roda-roda mobil tik akan terkunci walaupun pengereman kasar/tajam dilakukan.

Bahkan pada saat salah satu roda diindikasikan dapat perlambatan yang maksimal, maka computer akan memberikan perintah kepada roda lain agar dapat menselaraskan perlambatannya biar roda-roda gak mengalami slip.

“Ektremnya, pengemudi dapat melakukan pengereman tajam sambil mengarahkan kendaraannya untuk menghidari bahaya dan ini yang tidak mungkin di peroleh pada kendaraan–kendaraan yang punya sistem rem konvesional.”

Tapi, Ia mengingatkan, jarak pengereman ABS tidak akan berbeda dengan rem konvesional. “Kalo kembali pada kasus kecelakaan di atas, seharusnya pengemudi dapat mengarahkan mobilnya sambil melakukan perlambatan maksimal toh mobil akan tetap berbelok. Tetapi jika inertia mobil besar dan menimbang mobil itu adalah SUV potensi lain yang dapat terjadi adalah kendaraan terbalik oleh karena sudut lintasan yang tajam mengakibatkan melebihi kemampuan menikung kendaraan,” paparnya.

Dinamika Kendaraan

Diluar aspek kendaraan, lingkungan (termasuk kondisi permukaan jalan) dan kondisi cuaca, maka aspek perilaku pengemudi umumnya jadi penyebab utama sebuah kecelakaan.

Kemampuan mobil memiliki keterbatasan, ketika pengemudi tidak mampu menyikapinya, konsekuensinya adalah mobil gak terkendali. Secanggih apapun fiturnya, mobil dapat saja terbalik, selip dan menabrak.

Pergerakan mobil dengan segala dinamika dan pengaruhnya terhadap traksi roda pada permukaan jalan seharusnya dipahami oleh seorang pengemudi. ”Me­ngapa pada suatu ketika mobil tidak dapat menikung dan mengalami gerakan lurus pada sebuah tikungan orang menyebutnya overshoot,” ujarnya.

Atau sebaliknya, pada suatu ketika mobil begitu mudahnya berbalik arah atau berputar 180’ dan orang menyebutnya oversteer. Pada kejadian lain disebuah tikungan kendaraan sulit dibelokan dan bergerak melebar keluar tikungan atau disebut understeer.

KILLING FIELD


Untuk itulah, Jusri menyarankan bahwa sebuah fakta lagi bahwa jalan raya adalah ”Killing Field”. “Anytime seseorang dapat celaka tidak memandang kemampuan  mengemudi, umur, siapa anda, anda dapat saja terlibat kecelakaan, menyebabkan kecelakaan atau bahkan menjadi korban kecelakaan.”

Situasi dijalan raya sangat dipenuhi ketidapastian, selain ba­nyak bahaya dari kategori objek-objek static yang dapat diantisipasi dengan mudah namun lebih banyak bahaya-bahaya yang berada di kategori dinamis.

“Nah yang dinamik ini yang sulit diprediksi, kita tidak tahu kemampuan para pengguna jalan raya yang ada disekitar kita, apa mereka dalam kondisi sehat, awas terhadap kehadiran kita, mampu mengemudikan kendaraanya atau mereka fokus kepada situasi lalu lintas, kita tidak tahu kondisi kendaraan yang mereka gunakan, kita tidak tahu kondisi jalan (tikungan) yang ada dimuka menjadi sempit/ber­lubang,” bilang pria ramah ini.

Penulis/Foto: Pj / F.Yosi