Kecerobohannya kali ini harus jadi pelajaran bahwa terlalu memaksakan untuk tampil sempurna, bukan jaminan untuk menang. Tak heran, meski sempat memimpin klasemen sementara tahun lalu, akhirnya Ianonne harus takluk di hadapan sang juara, Toni Elias. Emosi berlebihan dan memacu motor melebihi kemampuannya memaksa Ianonne harus berulangkali jatuh saat memperebutkan posisi podium.
Seperti ditunjukan saat seri Portugal lalu dimana keperkasaan pembalap tim Speed Master ini sangat terasa. Pasalnya ia sempat terseok ke posisi 17 selepas lampu hijau menyala. Namun dengan kemampuannya menjinakan tunggangannya, Ianonne mampu melesat ke posisi 10 besar hanya dengan beberapa putaran saja.
Menjelang akhir balapan, Ianonne bertarung sengit dengan pimpinan lomba Stefan Bradl dan Julian Simon. Sayangnya, Ianonne yang sedang memimpin pada lap 22 tak memperhitungkan faktor kompon ban yang telah dipakainya secara ekstrem untuk mengalahkan lawan-lawannya. Iannone justru terjatuh di chicane, dimana grip bannya sudah cukup licin.
Tampaknya Ianonne harus terus mengevaluasi emosinya yang meledak-ledak saat balap. Lalu, bagaimana kiprahnya di seri ke empat yang berlangsung di sirkuit Le Mans, Prancis 2 pekan mendatang? Kita tunggu saja. (otosport.co.id)