Test Drive All New BMW Gran Tourer

Otomotifnet - Sabtu, 5 September 2015 | 13:07 WIB

(Otomotifnet - )



Pertama kali menghadirkan penggerak roda depan di Seri-2 dan konfigurasi 7-seater pada Gran Tourer, tidak menyangka akan secepat ini jatuh cinta pada MPV sungguhan perdana BMW


Jakarta - Belum lama setelah Active Tourer, versi panjangnya segera mengikuti. Meski sekilas mirip, namun dari samping akan langsung menyadari kalau Gran Tourer berbeda. Lebar masih sama, sedangkan panjang melar 214 mm dan bertambah tinggi 53 mm agar dapat mengakomodasi 7 penumpang.



Wheelbase juga ditambahkan 110 mm. Selain itu, hanya ragam pelek yang menjadi pembedanya. Langsung saja, remote key masih harus ditekan untuk membuka kunci karena belum menganut passive keyless entry, namun sudah ada tombol Start Engine untuk menyalakan mesin. Kerennya, lampu LED depan dan belakang langsung menyala ketika kunci dibuka, rasanya seperti disambut.



Mesin dinyalakan, suara kasar khas dari mesin Direct Injection langsung terdengar. Tutup pintu, masalah tersebut beres dalam sekejap. Jok terasa keras, namun bahan kulit Dakota sangat premium, ditambah support berlimpah yang memeluk kontur badan. Kedua jok dapat diatur secara elektrik, pengemudi mendapat 2 memori untuk konfigurasi duduk yang paling pas.



Posisi duduk rendah, visibilitas ke instrument cluster minim karena terhalang lingkar setir yang kecil. Sistem iDrive sangat familiar dengan varian Bimmer lainnya. Layar 6,5 inci memang tergolong kecil, namun semua informasi yang dibutuhkan terlihat jelas.

The Dynamic Drive

Kalau mengetes sebuah MPV, enggak heran ada kata-kata seperti ‘body roll atau ‘limbung ketika berbelok'. Not today! Bagian ini yang membuat OTOMOTIF naksir dengan 218i versi panjang ini. Respon setir sangat cepat dan akurat. Tapi konsekuensinya? Radius putar mencapai 5,85 meter, sangat susah untuk melakukan u-turn di jalan kecil.



Sama dengan bantingan yang tidak dapat dibilang empuk. Ini seperti wajib untuk menciptakan pengendalian khas BMW. Terasa sangat rigid, tanpa ada kecenderungan understeer meski FWD, bahkan saat berbelok pada kecepatan tinggi.



Mesin yang diusung adalah 3-silinder berkapasitas 1.499 cc, seperti pada All-new MINI. Akselerasi pada mode Comfort terasa instan. Enaknya turbo model Twin Scroll, tenaga yang disuplai sangat rata dari putaran bawah hingga atas.



Sayangnya, performa mesin yang fun tersebut harus terhambat transmisi otomatis 6-percepatannya. Dalam keadaan santai atau hanya cruising, perpindahan gigi memang terasa halus. Namun saat bermanuver cepat, jeda sangat terasa bahkan cukup mengganggu. Hasilnya, butuh 11 detik untuk mencapai 100 km/jam dari diam.

Transmisi ZF 8-percepatan seperti pada seri-3 mungkin akan lebih tepat. Tapi hei, ini mobil keluarga kan? • (otomotifnet.com)




Data Spesifikasi


Mesin: 3-silinder 1.499 cc dengan High Precision Direct Injection, Valvetronic dan TwinPower Turbo
Output Maksimum: 136 dk @ 4.400 rpm
Torsi Maksimum: 220 Nm @ 1.250 rpm - 4.300 rpm
Transmisi: Otomatis 6-percepatan dengan Steptronic
Dimensi (p x l x t): 4.556mm x 2.038 mm x 1.641 mm
Wheelbase: 2.780 mm
Sistem kemudi: EPS (Electronic Power Steering), Servotronic
Suspensi Depan: Single-joint Spring Strut Axle dalam Konstruksi Lightweight Alumunium-Steel
Suspensi Belakang: Central-arm Axle dalam Konstruksi Lightweight
Rem Depan / Belakang: Single-Piston Floating-calliper Vented Disc / Single-piston Floating-calliper Disc



Data test


0-60 km/jam: 4,7 detik
0-100 km/jam: 11 detik
40-80 km/jam: 4,9 detik
0-201 m: 11,6 detik
0-402 m: 17,8 detik

Data konsumsi


Dalam Kota (Kombinasi): 11,2 km/liter
Konstan 60 km/jam: 24,3 km/liter
Konstan 100 km/jam: 16,5 km/liter


Testimoni

Albertus Ian, 23 Tahun, Pengguna Mitsubishi Grandis 2011

Sangat enak dikendarai untuk sebuah MPV dengan penggerak depan. Bodi tinggi namun body roll sangay minim, tenaga mesin sangat cukup untuk dalam kota. Karakter mobil sangat khas BMW, lebih driver-oriented. Bantingannya agak keras, pilar A di sebelah kanan sangat menghalangi pandangan. Sedangkan duduk di tengah kurang nyaman dan baris ketiga terkesan terlalu memaksa.

Kesimpulan

Kehadiran BMW Seri-2, apalagi Gran Tourer, sudah lama menjadi kontroversial bagi para purists Bavarian. Padahal, tak ada salahnya mencoba MPV 7-seater ini dahulu. BMW berhasil mempertahankan apa yang menjadi ciri khasnya, sehingga Gran Tourer memberi babak baru.

Karakter dinamis dan fun yang didapat dari hampir setiap model BMW sukses diturunkan ke Seri-2 Gran Tourer, membuatnya menjadi salah satu MPV paling menyenangkan yang pernah kami rasakan. Untuk harga Rp 750 juta off the road dan tanpa saingan, seharusnya Gran Tourer dapat mudah menembus pasar di Indonesia yang menyukai ranah MPV




Dasbor kental nuansa khas BMW, dengan bahan soft-touch bagian atas, hingga ambient lights yang memewahkan suasana malam hari
Sama dengan All New Mini, mesin 1.5 liter3 selinder dengan direct injection dan twin scroll turbocharger
Posisi mengemudi rendah dengan badan diapit pas oleh support jok, tidak terasa mengemudi MPV berbadan besar
Bertambah panjang 214 mm dibanding Active Tourer, kadang buntutnya terlupakan saat bermanuver sampai teringat ada jok baris ketiga dari spion tengah
Bagasi elektrik cukup praktis untuk memasukkan barang belanjaan
Lubang AC pada baris kedua ada di bawah, baris ketiga harus bersabar menunggu temperatur kabin dingin dulu yaa
Posisi lutut tidak sejajar jok, membuat lebih cepat pegal
Sayangnya masuk ke baris ketiga terasa sulit meski defngan bantuan one touch tumble
Konfigurasi jok paling belakang 50:50, sedangkan di tengah 40:20:40 yang dapat dilipat rata semuanya dan menghasilkan ruang 1820 liter
Pengendali iDrive sangat mudah, sayang kadang membuat lupa kalau tombol volume terpisah tepat di bawah monitor