Munas VIII Ikatan Motor Indonesia di hotel Borobudur, Jakarta (18/12) diwarnai walk out kubu Prasetyo Edi Marsudi (Pras).
Pras dan pendukungnya sempat mengeluarkan banyak statement. Baik yang keluar dari mulut Pras sendiri maupun Agung Nugroho S.E. yang bertindak sebagai juru bicara.
Pras menyatakan hanya keluar dari sidang namun tidak berarti menarik diri dari pencalonan sebagai ketua umum PP IMI.
Munas Panas, Sadikin Aksa Pimpin Ikatan Motor Indonesia 2015-2019
Namun intinya disebut ada upaya penggiringan agar memenangkan kubu rival.
Pertama yakni tata tertib atau tatib pemilihan dilakukan secara terbuka (tata tertib ini ditentukan peserta munas, bukan pimpinan sidang atau panitia).
“Bagaimana musyawarah nasional ditatib memilih orang itu terbuka? Di mana? Saya ini orang politik. Memilih ketua umum atau ketua cabang aja tertutup,” tegas Pras.
“Kalau memilih terbuka saya dan Ikin kan disuruh berantem. Massanya Ikin dan saya berhadapan. Saya ambil keputusan kepada pendukung saya jangan ada anarkis,” ujarnya.
Kedua, diungkapkan oleh Agung juga masalah proses perubahan tatib.
Munas Panas. Muncul Wacana Ikatan Motor Indonesia Tandingan
“Tatib yang dikirim ke pengprov melalui email berubah. Tadi ketika pimpinan sidang membuka, dia bilang begini, ini adalah tatib yang terbaru,”terang Agung.
“Dalam aturan kita, tatib yang dikirim ke kita, yang kita pelajari jauh-jauh hari itulah yang harus dibawa ke sidang. Tapi tadi tidak. Ini adalah tatib baru. Sudah jelas sekali bahwa penggiringannya adalah ingin memojokkan Pak Pras, ingin mengalahkan Pak Pras,” urainya.
Menurutnya pemilihan secara tertutup untuk menjaga kekeluargaan antara peserta munas.
“Di tatib lama, soal terbuka atau tertutup itu tidak muncul,” ujar Agung.
Menurutnya, masalah pemilihan terbuka atau tertutup mestinya diungkapkan oleh ketua sidang yang baru bukan oleh ketua umum lama, Nanan Sukarna.
“Mestinya demisioner dulu. Ini belum demisioner,” pungkasnya.