JAKARTA-GESITS, Terra dan Honda siap menggempur pasar roda dua dengan motor listrik.
GESITS sudah lebih dulu menjadi headline pemberitaan media nasional Mei lalu ketika Menristek Dikti Prof. H. Mohammad Nasir, Ph.D hadir dalam peluncuran prototipe motor listrik hasil kerjasama antara Garansindo dan ITS Surabaya. Motor ini dtargetkan bisa digunakan massal tahun 2017.
Masih dalam bulan sama, PT Jaya Mimika Lestari sudah meluncurkan Terra, motor listrik asal Jepang.
Lalu September ini AHM sudah secara jelas menyatakan akan masuk ke pasar motor listrik. Dengan catatan bukan mengincar pasar motor hobi, melainkan motor alternatif dengan energi listrik.
Dorongan kepada pemerintah pun sudah semakin nyata untuk segera merilis regulasi kendaraan listrik.
Pemerintah sendiri dalam hal ini Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan tak ingin kalah cepat seperti fenomena ojek dan taksi online yang berkembang pesat mendahului regulasinya.
Pudji Hartanto, Direktur Jenderal Perhubungan Darat menyatakan pihaknya tengah menyusun regulasi kendaraan listrik yang ditargetkan selesai tahun 2017.
Tak pelak, pergerakan motor listrik kian seru karena pemain besar otomotif dunia sudah turun tangan.
Pudji menyebut payung hukum ini penting untuk melindungi dua, yaitu konsumen dan pengusaha. Keduanya harus sama-sama terlindungi jika ingin fair.
“Undang-undang rohnya sesuai Nawacita, bagaimana negara itu hadir. Kalau kita belum ada undang-undang, pemerintah belum hadir di situ, kalau sudah ada regulasi, pemerintah sudah hadir di situ. Tingga operasionalnya, seperti apakah pembinaan atau penegakan hukumnya,” terang Pudji di Kemenhub, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakpus (2/9).
Melihat geliat pelaku industri dan bisnis di lini motor listrik serta respons positif pemerintah, maka target 2,1 juta unit motor listrik di 2025 bisa saja tercapai lebih cepat.
Tinggal sekarang, siapa bisa menyediakan motor listrik yang reliable sesuai ekspektasi masyarakat.
Sebab secara kasat mata masih banyak dijumpai kelemahan pada motor listrik menyangkut tenaga, daya angkut, kecepatan, daya jelajah, durasi pengisian baterai dan sebagainya.
Selain, meski kelihatan seperti mainan, investasi dan harga kendaraan ini sangat mahal.
Tak ketinggalan operasional serta keramahan lingkungan yang pada dasarnya memindahkan polusi dari udara ke tanah.
Margono Tanuwijaya, Direktur Marketing PT Astra Honda Motor (AHM) mengungkapkan bisa saja nantinya AHASS, jaringan bengkel Honda menjadi charging point alias tempat ngecas baterai.
Nah, kalau sudah ke arah sana, manajemen bengkel, mekanik juga konsumen itu sendiri sudah harus siap menghadapi perubahan.
Nah, kalau di beberapa tempat makan, ngecas handphone saja kena tarif 2000 perak, kira-kira berapa ya biaya ngecas motor?
Makin seru kan?