Jakarta-Minyak rem termasuk ‘komponen’ yang jarang diperhatikan.
Padahal, keberadaannya, jadi salah satu penentu performa seluruh sistem pengereman.
Mulai sekarang perlu untuk meyempatkan diri mengganti minyak rem tiap 40 ribu km.
Biasanya, kealpaan mengganti karena volumenya selalu penuh.
Cairan ini hanya berkurang jika terjadi kebocoran sistem rem atau kampas sudah mulai menipis.
Standar yang dipakai pada minyak rem yakni DOT (Department Of Transportation).
Produk yang banyak beradar saat ini adalah DOT 3, 4, 5 dan 5.1. Namun ketika mendapati fluida ini berkurang, jangan asal tuang penambahnya saja.
Pastikan memiliki spesifikasi DOT yang sama.
Memang di manual book atau petunjuk di tutup minyak rem terdapat dua pilihan DOT tersebut.
Kalaupun terpaksa, pencampuran antar DOT itu hanya bersifat sementara.
Minyak rem DOT 3, 4 dan 5.1 memiliki bahan dasar glycol.
Selain itu masih ada DOT 5 yang berbahan dasar silicon.
Harus sangat diperhatikan, DOT 5 tidak bisa dicampur dengan DOT lainnya.
Bagaimana dengan kendaraan saat ini?
Masih banyak yang menggunakan DOT 3 atau 4 kok.
Itu dikarenakan temperatur yang dihasilkan ketika diajak berkendara harian tidak terlalu tinggi.
Bahkan hard braking di jalan umum kecil kemungkinannya membuat minyak rem mendidih.
Secara garis besar, titik didih minyak rem berdasarkan DOT bisa dilihat sebagai berikut:
- DOT 3 : 205ºC (dry), 140ºC (wet)
- DOT 4 : 230ºC (dry), 155ºC (wet)
- DOT 5 : 260ºC (dry), 180ºC (wet)
- DOT 5.1: 260ºC (dry), 180ºC (wet)