Otomotifnet.com - Aplikasi teknologi listrik di industri otomotif Indonesia adalah masalah pelik.
Kondisi saat ini masuk fase galau karena belum ada sesuatu yang konkret dari pemerintah untuk dijadikan pegangan.
Pada satu sisi, asosiasi perusahaan otomotif roda empat di dalam negeri Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor) merasa belum yakin soal penerapannya.
Gambaran besar mobil listrik akan menggantikan mobil bermesin konvesional alias pembakaran dengan BBM pada 2035 atau 2040 ditentang selama mobil listrik belum menjanjikan.
(BACA JUGA: Ini Gambaran Mobil Baru Honda Yang Akan Diluncurkan Agustus Mendatang)
Penggantian model manufaktur dari mobil bermesin pembakaran menjadi mobil listrik bukan perkara mudah, meskipun cuma sebagaian.
Selama ini sebagian besar investasi otomotif, termasuk manufaktur dan rantai pasokan komponen, yang sudah bercokol lama di Indonesia, untuk produk bermesin pembakaran dalam.
Jadi wajar saja bila para produsen otomotif di Indonesia masih dihadapkan kegalauan dan kebingungan.
Sementara itu, belum ada aturan main yang jelas dari pemerintah tentang transisi dan road map industri otomotif Indonesia dalam 10 atau 20 tahun ke depan untuk dipelajari bersama.
(BACA JUGA: Anak 15 Tahun Dikasih Honda Civic Turbo Hatchback, Begini Jadinya)
Chairman Institut Otomotif Indonesia (IOI) Agus Tjahajana, menjelaskan aplikasi teknologi baru di Indonesia harus diperlakukan hati-hati.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat kebijakan yang dipegang pemerintah.
“Jadi yang pertama yang harus dibangun kebijakannya. Bagaimana supaya pemain lama bisa masuk kepada bisnis baru dan memberikan kesempatan kepada pemain baru untuk masuk,” kata Agus Tjahajana di Jakarta, (23/5/2018).