Enggak Kira-Kira, Gara-Gara Jual Premium Lagi, Pertamina Berpotensi Rugi 23 Triliun Rupiah

Iday - Senin, 4 Juni 2018 | 19:00 WIB

Ilustrasi pom bensin. (Iday - )

 

Otomotifnet.com - Pertamina diketahui mencekik pasokan bensin Premium di Jawa, Madura dan Bali.

Namun instruksi dari Presiden mewajibkan Pertamina kembali menyediakan bensin murah tersebut.

Akibat kewajiban Pertamina memenuhi bahan bakar Premium di seluruh daerah termasuk Jawa, Madura dan Bali maka membuat alokasi Premium melonjak 57 persen dari biasanya.

Meskipun demikian Pertamina tak akan memberi dukungan tambahan subsidi Premium.

Dengan peraturan presiden terbaru, Pertamina wajib memenuhi kebutuhan BBM jenis bensin RON minimum 88 termasuk Jawa, Madura dan Bali.

(BACA JUGA: Dahsyat! Yamaha R15 Pakai 7 Boks, Detailnya Lebih Gila Lagi)

Konsekuensinya Pertamina harus menambah alokasi Premium sebesar 57 persen dari kuota sebelumnya menjadi 11,8 juta kiloliter.

Beban tambahan kuota ini dirasakan Pertamina seiring dengan tren kenaikan harga minyak mentah dunia.

April lalu rata-rata ICP minyak mentah mencapai 67,43 dollar Amerika Serikat per barrel.

Pemerintah pun melarang Pertamina menaikkan harga Premium hingga 2019.

(BACA JUGA: Ngilu, Rangka Motor Ini Patah, Gimana Ngelasnya?)

Kini waktu bagi Pertamina untuk menghitung potensi kerugian karena harus menyediakan kembali infrastruktur bensin subsidi Premium.

Nah,  23 triliun rupiah adalah angka potensi kerugian Pertamina tahun 2018 karena menjual Solar dan bensin bersubsidi atau Premium.

Ekonom menghitung kerugian pertamina membesar ketimbang tahun lalu yang sekitar 18,7 triliun rupiah.

(BACA JUGA: Kayak Ada Moge-Mogenya, Honda CB150R Streetfire Numpang Lewat, Besok Ganti Model Lagi)

Penyebabnya pemerintah kembali memutuskan mengedarkan Premium ke wilayah Jawa-Madura-Bali.

Kerugian Pertamina belum termasuk infrastruktur bensin Premium yang juga harus kembali disediakan.

Sebelumnya sebagian besar nozzle atau selang premium diganti dengan nozzle Pertalite.

Bima Yudhistira, peneliti dari Indef mengatakan, menjual premium sebenarnya mahal dibanding Pertalite dari sisi ongkos produksi.

(BACA JUGA: Ini Dia Barang Yang Bikin Maling Motor Baper, Gagal Total Gasak NMAX)

"Karena negara mana lagi yang memakal RON premium?" ujarnya dikutip dari Kompas TV.

Menurutnya kalau pun Pertamina menyisihkan uang untuk membangun kilang, kilang, maka kilang digunakan untuk mengupgrade bahan bakar.

 "Minyak yang kita impor bukan untuk diup grading justru down grading karena kebutuhan premiumnya diadakan lagi," pungkasnya.