Otomotifnet.com - Mengulas perjalanan Nissan Terrano, kita kembali ke tahun 1995.
Pada saat itu Toshiyuki Shiga sebagai perwakilan Nissan Motor Company di Indonesia, ingin menghadirkan mobil yang cocok dengan demografi konsumen serta kondisi jalan Indonesia.
Toshiyuki pun memilih Nissan Terrano karena menilai bahwa karakter Medium SUV ini cocok untuk dipasarkan di Indonesia
Namun, mendatangkan mobil ini bukan tugas yang mudah, karena mendatangkan Terrano dalam format CBU (Completely Built-Up) dengan penggerak 4x4 akan membuat harga jualnya terlampau tinggi.
(BACA JUGA: Valentino Rossi: Start dari Baris ke-5 Pasti Sulit, Semua Akan Menggila)
Akhirnya, diputuskan untuk merakit Terrano di Indonesia dengan penggerak roda 4x2 sehingga harganya bisa lebih ditekan.
Proses adaptasi perakitan memakan waktu 3 bulan, dan pada awal perakitannya, PT ISMAC sebagai penanggung jawab produksi hanya bisa merakit 3 unit Terrano setiap harinya.
Terrano menjadi salah satu penyelamat Nissan di kala krisis moneter tahun 1997 yang melanda tanah air dan mempengaruhi perkembangan otomotif Indonesia.
(BACA JUGA: Sesi Warm-Up MotoGP Austria, Ducati Tunjukan Dominasi, Yamaha Masih Terseok-seok)
Setelah ekonomi berangsur membaik, Terrano pun berkembang dengan berbagai varian serta facelift hingga masa baktinya di tahun 2006.
Nissan Terrano pun berkembang menjadi SUV yang ikonik dan populer, dengan total Nissan Terrano yang telah diproduksi mencapai 17.801 unit.
Mobil ini sukses membuat masyarakat Indonesia familiar akan SUV, serta menjadi tonggak pengembangan SUV Nissan selanjutnya.
Bocoran dari orang dalam di awal 2000-an, Terrano sempat kurang dipercaya petinggi Nissan untuk diteruskan setelah tahun 2000.
Lantaran Terrano mengusung teknologi lawas dan saat itu sudah mulai direncanakan masuk Nissan X-Trail yang lebih modern.
Namun pasar Indonesia memang unik. Terrano justru diterima baik bahkan berkembang dengan varian-varian baru.
Alhasil, Terrano baru berakhir di 2006.