Otomotifnet.com - Kepraktisan jadi keunggulan daya jual segmen city car, tidak membuatnya menjadi besar.
Sebaliknya, selalu tertekan segmen lain seperti MPV dan SUV.
Lalu apa faktor yang membuat segmen ini begitu kering?
Amelia Tjandra, Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengungkapkan faktor kuat yang membuat segmen ini tak bisa besar.
"Budaya Indonesia itu unik. Beda dari negara lain. Makan enggak makan kumpul. Mereka ingin bersama-sama," bukanya (13/8/2018).
(BACA JUGA: Rekannya Dihujani Kritikan, Valentino Rossi Tetap Bela Maverick Vinales)
"Nah, hal ini tercermin dalam tindakan dan saat membeli mobil. Saat weekend ingin bisa dipakai bersama kakek, nenek atau babby sitter," lanjutnya.
Hal ini menurutnya membuat city car yang punya 5 seater bukan pilihan utama.
"City car dibeli oleh anak muda. Orang tua mereka sudah punya mobil. Tapi begitu berkeluarga, mereka akan ganti dengan 7 seater," ucap Amelia.
Hal ini beda dari Malaysia.
"Di sana mobil sehari-hari dipakai sendiri atau berdua, ngapain beli 7 seater."
"Itu sebabnya kalau mau jualan city car yang pangsa pasarnya anak muda, kami ambil dari Malaysia karena di sana city car kuat. Sebaliknya kalau mereka mau MPV, ambil dari Indonesia," ujar Amelia.
(BACA JUGA: Konvoi Fortuner Lawan Arah Bikin Macet, Pemotor Sampai Minggir, Aksinya Tuai Hujatan)
Sedikit gambaran, segmen city car diisi oleh Chevrolet Spark, Daihatsu Sirion, Honda Brio RS, Hyundai i10, Mitsubishi Mirage dan Suzuki Ignis.
Harganya di rentang Rp 150-200 jutaan.
Meski kalah dari SUV dan MPV, berdasarkan catatan Gaikindo, Januari - Juni 2018, segmen ini berhasil tumbuh dibanding periode sama 2017.
Dari 15.262 unit di 2017 kini menjadi 17.800 unit di 2018.