Otomotifnet.com - Perjalanan bertema 'Expedisi Memotong Kalimantan Lewat Jalur Dayak' membuahkan banyak temuan.
Salah satunya di perbatasan RI-Malaysia, sepanjang 300 kilometer dari Pos Lintas Batas Negara Entikong.
Kehidupan di wilayah ini tidak seperti umumnya pedesaan atau perkotaan pada umumnya yang relatif serba ada.
Untuk jual beli, sebagian masyarakat masih ada yang mengandalkan barter, tukar barang dengan barang kebutuhan lain.
Hal ini diungkap Siswa Murwono, petualang Supermoto Owner Group (SMOG) yang melakukan perjalanan bersama Novan Pamungkas dan Budi Hartono selama 16 hari, Agustus lalu.
(BACA JUGA: Memotong Kalimantan Lewat Jalur Dayak, Tiga Biker Temukan Banyak Hal Tak terduga)
"Sepanjang perbatasan sejauh 300 kilometer enggak ada warung. Pombensin enggak ada, tapi bensin eceran ada."
"Untuk jual beli dengan cara barter. Misalnya orang bawa ikan dihargai Rp 50 ribu, dia ambil barang kebutuhan lain. Uang enggak laku," ujar penunggang KTM 250 EXCF ini.
Menurutnya, barang-barang berasal dari Malaysia karena jauh dari kota di wilayah Indonesia.
"Di sana ada moto 'Garuda Di Dadaku, Malaysia Di Perutku'. Karena makanan dan barang-barang lain didapat dari Malaysia"
"Ada perjanjian tidak tertulis antara warga kedua negara, boleh belanja dengan batas tertentu setiap bulannya," terang Pak Sis, sapaan akrabnya sambil menyebut sejumlah nominal dalam Ringgit.
Kondisi jalan yang buruk karena konturnya berbukit-bukit yang tertutup hutan lebat serta karakter tanahnya yang mencair saat tersiram hujan.
Membuat pasokan logistik terhambat sehingga memaksa warganya memenuhi 80% kebutuhan pokoknya dari barang-barang selundupan dari Malaysia.
Sistem barter ini sempat disaksikan oleh Pak Sis dan rekan.
Ada warga Dayak dari pelosok datang ke toko dengan membawa ikan asin, madu dan lada untuk ditukar dengan garam, sabun, kecap, bensin, rokok, minuman keras dan lain-lain seharga barang bawaannya.
Temuan ini didapat dari perjalanan hari ke-12.
(BACA JUGA: Pantas Kaca Kijang Innova Bisa Ditembus Sapu, Menurut Hitungan Fisika Kecepatannya Sampai 113 Km/jam)
Sebelumnya diberitakan, Pak Sis dan dua rekannya menempuh sekitar 3.300 kilometer memotong pulau Kalimantan.
Mulai dari Samarinda, berakhir di Pontianak lewat jalur yang menghubungkan empat sungai besar, Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas.
Setelah menyusuri area perbatasan sepanjang 300 kilometer, akhirnya mereka masuk ke Malaysia.
"Mengapa lewat Malaysia, karena kita ingin ke Sambas. Jaraknya 250 kilometer."
"Kalau tidak lewat Malaysia, jaraknya mencapai 350 kilometer lewat kebun sawit yang jalannya enggak bisa diprediksi"
"Sebab penduduk setempat juga jarang ada yang lewat. Umumnya mereka bepergian jarak dekat saja di daerah tersebut," terang Novan.