Patagonian Eagle dibekali dengan mesin 250 cc 2 silinder SOHC 2 klep (total 4 klep) berpendingin udara dengan bantuan oil cooler.
Mesin dengan konfigurasi inline ini memiliki crank 360 derajat, seperti Benellie TnT 250, sehingga suara mesin yang dihasilkan mirip dengan mesin 4 silinder inline.
Oh ya untuk pengabutan bahan bakar, Patagonian Eagle masih menggunakan karburator.
Riding Position & Handling
Ini dia yang menurut kami menjadi selling point, nyemplak di joknya yang lebar dengan busa tebal terasa sangat nyaman.
Bokong dapat di-support secara sempurna, sedangkan kaki dapat menapak dengan bebas karena tinggi joknya cuma 780 mm.
Betah banget kala harus riding membelah macetnya lalu-lintas Ibu Kota yang semerawut.
Sudah Tayang! First Ride Yamaha Freego Yang Baru Meluncur
Dan bikin nyaman saat digunakan turing ke Geopark Ciletuh, Jawa Barat.
Riding position semakin nyaman dengan setang menjulang yang condong ke pengendara.
Plus, footstep model forward control, sehingga kaki dapat berselonjor. Pokoknya tak ada istilah bongkok deh saat mengendarai motor ini!
Saat dipakai meliuk-liuk di melewati Cikidang on the way menuju Ciletuh, motor dengan suspensi depan teleskopik dan suspensi ganda di belakang ini menyajikan sensasi fun to ride.
First Ride TVS Apache RR 310, Rp 49 Juta Istimewa, Ada Yang Enggak Ada Di Motor Lain
Karena terasa ringan karena bobotnya cuma 145 kg dan bikin terlena sampai-sampai footstep sering menyentuh aspal.
Hanya saja tentu handlingnya tidak bisa disamakan dengan motor sport.
Kemudian ada sedikit gejala understeer ketika dipakai menikung ekstrim.
Dan karena wheelbase mencapai 1.460 mm, panjang total 2.180 mm dan sudut belok sedikit, ketika putar balik radius putarnya jadi lebar banget.
Jadi memang paling enak Patagonian Eagle ini digunakan pada kecepatan moderat dengan putaran mesin rendah sambil menikmati perjalanan.
Penumpang juga cukup dimanjakan dengan joknya yang empuk serta sandaran kursi yang bikin rileks.