Sehingga penggunaan bahan bakar fosil dapat semakin dikurangi.
"Saya juga ingin agar B20 ini nanti pada Januari 2020 itu sudah pindah ke B30, selanjutnya nanti di akhir 2020 sudah meloncat lagi ke B50," ucapnya.
Produksi minyak sawit yang melimpah di Tanah Air dapat diserap sebagai bahan baku penerapan kebijakan tersebut, sehingga dapat mengangkat harga CPO di pasar global.
"Tekanan terhadap kelapa sawit kita saya kira perlu diantisipasi dari dalam negeri sehingga kita memiliki sebuah bargaining position yang baik," kata Jokowi lagi.
(Baca Juga: Tol Semarang-Demak Berfungsi Jadi Tanggul Laut, Butuh Rp 15,3 Triliun, Tunggu Sri Mulyani)
"Baik terhadap Uni Eropa maupun negara-negara lain yang mencoba untuk membuat bargaining position kita lemah,” sambungnya.
Lebih jauh, ia meminta jajarannya untuk dalami kemungkinan pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar 'avtur hijau'.
Produksi avtur hijau tersebut diharapkan juga dapat mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan melalui penurunan impor minyak atau produk minyak.
"Saya mendengar CPO ini juga bisa dibuat avtur. Tolong ini ditekuni lagi lebih dalam. Kalau itu bisa (dapat) mengurangi impor avtur kita sehingga defisit neraca perdagangan, defisit neraca transaksi berjalan, kita akan semakin baik," ucapnya.
Ia pun memberikan peringatan kepada jajarannya, bahwa implementasi kebijakan ini di lapangan akan langsung diawasi sendiri olehnya.
"Perlu saya sampaikan di sini, bahwa saya akan cek langsung urusan yang berkaitan dengan penggunaan B20 ini. Termasuk nanti kalau meloncat ke B30," tandasnya.