Pengojek Online Merajalela, Angkutan Umum Tergerus, Pengamat: Turun Sampai 30 Persen

Ignatius Ferdian - Rabu, 15 Januari 2020 | 19:00 WIB

Ilustrasi ojek online (Ignatius Ferdian - )

Otomotifnet.com - Makin ramainya pengojek online berdampak besar terhadap presentase penggunaan angkutan umum.

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno, mengatakan, pada tahun 2011-2018, ITDP (Institute for Transportation and Development Policy) Indonesia melakukan survei VFO (Visual Frequency and Occupancy) untuk mengobservasi volume angkutan umum di Jakarta.

Ia mengatakan, pada data tersebut ditemukan penurunan penumpang angkutan umum hingga mencapai 30%.

"Parahnya lagi, di survei lain yang juga dijalankan ITDP, ditemukan angka yang signifikan di mana 58% pengguna ojek online ternyata adalah pengguna angkutan umum," kata Djoko di Jakarta (15/1).

(Baca Juga: Motor Nunggak Kredit Tak Bisa Asal Ditarik, Leasing Wajib Laporan, Sudah Putusan MK!)

Data ini menegaskan, penumpang angkutan umum cenderung memilih ojek online sebagai moda transportasi andalan yang sangat berpengaruh pada berkurangnya jumlah pengguna angkutan umum di Jakarta.

Djoko mengaku, kebijakan integrasi transportasi umum perkotan sudah lama didengungkan, namun belum bisa terwujud sempurna hingga sekarang.

"Apabila menggunakan KRL Jabodetabek relatif murah. Namun ongkos perjalanan dari tempat tinggal menuju stasiun kemudian dari stasiun tujuan menuju tempat bekerja dapat lebih mahal," tegasnya.

Ia mencontohkan, jika membawa kendaraan pribadi harus membayar parkir di stasiun.

(Baca Juga: Ujian SIM Gagal Terus Padahal Bayar, Polisi: Tenang, Nggak Lulus Uang Kembali)

Total ongkos yang dikeluarkan untuk bertransportasi bisa mencapai rata-rata di atas Rp 30 ribu setiap hari.

Bahkan dari hasil penelitian Badan Litbang Perhubungan tahun 2013, menyebutkan pengguna KRL Jabodetabek mengeluarkan 32 persen dari pendapatan tetap bulanan untuk belanja transportasi rutin.