Otomotifnet.com – Mencampur kapur barus ke dalam tangki untuk naikin oktan, dulu bahkan mungkin hingga kini masih dilakukan sebagian pemilik kendaraan.
Bae-bae sob! Sebab menurut Profesor Dr.Ing., Ir Tri Yuswidjajanto zaenuri, ahli koversi energi Fakultas Teknik & Dirgantara Institut Teknologi Bandung.
Efeknya bila sering menggunakan teknik ini untuk dongkrak oktan, resikonya kelak mesin ibarat orang yang terlalu banyak makan senyawa yang bisa mencipatkan kristal.
“Akhirnya terbentuklah (penyakit, red) batu ginjal,” terangnya dalam Webinar soal bahan bakar yang digelar oleh OTOMOTIF Group beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Ngeri, Bahayanya Cara Orang Zaman Dulu Naikkan Oktan Bensin
Pasalnya, kapur barus ini sifatnya tidak bisa larut semuanya dalam bahan bakar dan dapat menciptakan deposit.
“Kapur barus ini kan senyawa kimia yang dikritalisasi jadi padat,” terangnya.
Memang penggunaan kapur barus ini, lanjut Prof Yus (sapaan akrabnya), meski pakai bensin oktan rendah, mesin jadi tidak mudah mengalami detonasi.
“Namun efek lainnya adalah, kemungkinan injector akan mengalami penyumbatan, karena injector kan lubangnya kecil-kecil banget,” tukas Prof Yus.
Nah, ketika injector mengangalami menyumbatan, misal yang tadinya bahan bakarnya keluar dari 4 lubang injector.
Lalu karena 3 lubang lainnya tersumbat, maka keluarnya bahan bakar hanya dari satu lubang saja.
“Mungkin secara volume yang disemprot tidak berubah, tapi karena keluarnya hanya dari satu lubang, akibatnya membuat atomisasinya (pengabutan) jadi tidak bagus,” tuturnya.
Dampaknya, akan membuat tidak semua bahan bakar habis terbakar, “Sehingga konsumsi bahan bakar jadi boros, dan emisi gas buang jadi naik (buruk, red),” ungkap Prof Yus.
Tuh sob, mau mesin kendaraan kesayangan kena batu ginjal?