Otomotifnet.com - Mobil-mobil versi dua pintu punya daya tarik tersendiri dibanding mobil-mobil versi empat pintu. Sehingga versi dua pintu biasanya lebih jarang dan jadi incaran dibanding empat pintu.
Salah dua penggemar dan pencari mobil-mobil pintu ‘irit’ adalah Yoga Martinda dan Yonna Martinda yang merupakan pereli asal Bogor, Jabar.
Bukan hanya kembar, keduanya juga ternyata maniak mobil 2 pintu. 'Si Kembar’ panggilan mereka berdua terus mengumpulkan mobil-mobil dua pintu.
LANGKA
Meski bukan keluaran terbaru, tapi mobil-mobil milik ‘Si Kembar’, panggilannya ini tidak dibiarkan standar. Hampir semuanya dibangun menjadi mobil untuk ikut reli.
Saat ini Yoga punya Suzuki Swift Mk1 (1985), Suzuki Swift GTi Mk2 (1990), Fiat Uno Turbo (1994), Fiat Stilo Abarth (2008), Mazda MX-6 (1989), Mazda Familia GTX (1991).
Baca Juga: Rumor Nissan Skyline Dan Tiga Sedan Lainnya Bakal Disuntik Mati Merebak, Gara-gara Enggak Laku?
Sementara itu, Yonna pegang Suzuki Swift GTi Mk1 (1988), Suzuki Swift GTi Mk3 (1994), Fiat Uno Turbo (1994), Nissan RZ-1 (1989) dan Nissan Pulsar (1991).
Dari list tersebut, hampir seluruhnya merupakan mobil-mobil yang tak lazim di Indonesia. Suzuki Swift Mk1 milik Yoga, di Indonesia lebih lazim dikenal sebagai Suzuki Forsa (empat pintu) bermesin 1.000 cc, 4 silinder. Tapi milik Yoga bermesin 3 silinder.
Masih milik Yoga, Fiat Stilo Abarth. Kabarnya, mobil ini hanya ada satu di Indonesia. Mobil ini menggunakan mesin 2.400 cc dengan mesin lima silinder. Standarnya, mobil ini bertransmisi otomatis, tapi dijadikan manual oleh Yoga.
Fiat menyebutnya dengan transmisi Selespeed. Transmisi manual yang dibikin otomatis.
Dikembangkan oleh Magnetti Marelli dan diproduksi Grazioni Trasmissioni. Beberapa pabrikan Jerman menyebutnya sebagai DSG (Direct Shift Gearbox)
“Waktu itu ada masalah di transmisinya. Karena mengembalikan lagi jadi otomatis harganya mahal, jadi gue bikin manual. Girboksnya tetap, tinggal beli kit manual saja,” ungkap Yoga.
Sementara itu koleksi kembarannya, Yonna juga tak kalah menarik. Suzuki Swift GTi Mk1 1988 cukup unik, karena jarang yang versi GTi di Indonesia. “Kalau seperti milik Yona, yang bukan GTi, lebih banyak,” sebut Yonna.
Ditambahkan, salah satu pembeda ada di instrument cluster. Yang non GTi masih jarum, sedangkan GTi sudah digital. Warna mobil juga berbeda. Versi GTi punya dua warna dan non GTi hanya satu warna.
PACUAN RELI
Selain itu, Yonna juga punya Nissan Pulsar yang keberadaannya sangat jarang di Indonesia. Di zamannya, mobil ini sangat banyak yang pakai untuk reli.
Agak unik, karena Nissan Pulsar ini tidak ada mesinnya. Bahkan juga tidak ada roda. “Untuk sebagian orang memang aneh beli mobil begini. Tapi kalau gue sih enggak, ini seperti harta karun. Pokoknya, beli saja dulu, ngebangunnya bisa nanti,” kekeh pria kelahiran 1978 ini.
Dari kumpulan mobil-mobil dua pintu tersebut, beberapa bekas pacuan reli.
Seperti Suzuki Swift GTi Mk2 milik Yoga yang pernah dipakai pereli Indonesia dan Malaysia.
Dengan mobil ini pula Yoga dan Yonna pernah ikut reli di beberapa daerah.
Kemudian Suzuki Swift GTi Mk3 milik Yonna yang awalnya dipakai mendiang Sidarto SA untuk reli.
Saat ini, Yoga dan Yonna sedang mempersiapkan unit Fiat Uno Turbo untuk dibangun menjadi mobil reli.
“Dengan mobil ini, kita tidak cari prestasi atau menang. Kita senang saja reli pakai mobil-mobil yang unik dan jarang,” ungkap Yoga.
Dalam membangun mobil, Si Kembar punya kriteria. Mereka memilih mobil yang dulunya punya homologasi di ajang reli.