Sering Isi BBM Oktan Rendah Pada Mobil Bermesin Turbo, Ini Resikonya!

Andhika Arthawijaya - Minggu, 11 Juli 2021 | 22:15 WIB

Ilsutrasi mesin dengan doping turbo (Andhika Arthawijaya - )

Otomotifnet.com – Belakangan makin bertambah pilihan mobil bermesin bensin dengan turbo, bahkan yang ber-cc kecil macam Nissan Magnite, Toyota Raize, Daihatsu Rocky dan sebagainya.

Meski secara kapasitas silinder lebih kecil, namun karena dibekali turbo, performa dapur pacunya bisa setara mobil dengan volume silinder di atasnya yang tanpa teknologi force induction.

Nah, sayangnya tak sedikit pemilik mobil bermesin turbo ini belum paham bagaimana memperlakukan mobilnya tersebut. Termasuk soal pemakaian bahan bakar

Sebab, masih banyak pengguna mobil bermesin turbo bensin yang nekat ngisi bahan bakarnya menggunakan bahan bakar dengan RON di bawah 92.

Baca Juga: Perlukah Turbo Timer Ditambahkan Pada Mobil Bermesin Diesel Modern?

Alasannya selain biar lebih hemat pengeluaran, juga karena rasio kompresi mesin mobilnya tidak tinggi.

Padahal mesin mobil dengan turbo memang dirancang punya kompresi lebih rendah dibandingkan tanpa turbo alias N/A (Naturally Aspirated).

Contoh Wuling Almaz Turbo hanya terukur 9,5 : 1, lalu Honda Civic Hatcback Turbo cuma tercatat 10,5:1.

Namun meski lebih rendah dari mesin tanpa doping teknologi force induction, mobil dengan turbo haram ‘minum’ bahan bakar oktan rendah.

“Karena mesin turbo akan mengalami peningkatan kompresi saat mendapat semburan udara dari turbo.”

Pressure udara dari perangkat turbo ke ruang bakar, otomatis meningkat cukup jauh,” jelas Ovi Sarjan yang merupakan tuner engine handal di KS Nusa Motorsport.

Ovi kembli menerangkan, misalkan sebelumnya rasio kompresinya 8,5:1, “Saat dapat boost (udara yang didorong ke ruang bakar) dari turbo sekitar 1 bar, kompresinya bisa melonjak jadi sekitar 12:1,” tambahnya.

Danang Wiratmoko, selaku Product Planning Wuling Motors Indonesia ikut menjelaskan, “Pada mesin N/A, kompresi yang dihasilkan hanya dari rasio kompresi piston. Kompresinya akan stabil seterusnya di angka tersebut.”

Baca Juga: Toyota Raize Vs Nissan Magnite Sama-Sama Pakai Mesin 1.0L Turbo, Mana Yang Lebih Kencang?

Daihatsu
Dapur pacu 1.0L 1KR-VET Turbocharge yang diusung Daihatsu Rocky

Sedangkan mesin dengan asupan turbo, lanjut Danang, dapat boost pressure yang disemburkan turbo.

“Efeknya akan membuat total tekanan atau kompresi di ruang bakar lebih tinggi dari mesin N/A,” ujarnya.

Di sini bisa digambarkan, walau kompresi yang tertera di spesifikasi lebih rendah, mesin dengan asupan turbo akan memiliki total kompresi lebih tinggi dari mesin N/A.

“Makanya sangat tidak disarankan mesin turbo pakai bahan bakar dengan RON rendah, karena otomatis mesin akan mengalami detonasi (ngelitik) saat akselerasi, atau ketika mendapat boost turbo. Soalnya kompresi pasti meningkat dari kondisi normal,” ucap Edi Haryadi, GM After & Sales Honda Megatama Group.

RON atau kepanjangan dari Research Octane Number, merupakan angka untuk mengukur seberapa besar bahan bakar menerima tekanan.

Semakin tinggi angka oktannya, maka akan semakin sulit bahan bakar itu terbakar.

“Dengan kompresi tinggi, bahan bakar akan mudah terbakar, itu lah kenapa terjadi detonasi atau knocking (ngelitik) pada mesin,” tukas Ovi.

Tekanan tinggi pada mesin kata Ovi akan menghasilkan panas, sehingga membuat bahan bakar terbakar sebelum busi memercik.

Baca Juga: Mobil Bermesin Turbo Wajib Perhatikan Oli Mesin, Ini Penjelasannya!

“Itu kenapa mesin turbo tidak boleh menggunakan bahan bakar dengan RON rendah. Efek dari detonasi tersebut akan merusak material mesin,” ucap Ovi.

Nah, buat yang sudah pada pakai mesin mobil pakai turbo, sebaiknya jangan lagi deh beli bahan bakar dengan RON 90.