Otomotifnet.com - Antrean kendaraan mesin diesel yang akan mengisi bahan bakar biosolar nampak di sejumlah SPBU di Kota Banda Aceh.
Kondisi ini juga dikeluhkan oleh sopir angkutan umum dan angkutan barang.
Berkurangnya pasokan solar membuat operasional kendaraan menjadi terbatas.
Seperti yang dialami Asnawi, seorang sopir angkutan umum.
Asnawi mengaku kewalahan untuk mengoperasionalkan angkutannya karena sulit mendapatkan solar.
“Pagi-pagi jika pasokan solar masuk, kami harus cepat antre. Kalau tidak (antre), bisa kehabisan, soalnya semua kendaraan menunggu berhari-hari untuk bisa dapat solar yang bersubsidi atau yang murah,” jelas Asnawi (22/3/2022).
Bahkan, sebut Asnawi, jika mereka sedang berada dalam trayek perjalanan, kendaraan sering kehabisan bahan bakar tetapi tidak semua SPBU menyediakan solar bersubsi.
“AKhirnya kita beli juga solar yang non subsidi, yang harganya mahal. Otomatis itu mengurangi pendapatan, bahkan sering kali merugi dan sopir tidak mendapat upah setelah operasional trayek,” jelas Asnawi.
Manager Branch Aceh PT Pertamina MOR I Sony Indro Prabowo mengakui, ada pengurangan kuota untuk Aceh dari yang ditetapkan oleh BPH Migas, selaku Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas di Indonesia.
Berdasarkan dari kuota yang dikeluarkan BPH Migas, khusus untuk wilayah Aceh diberikan kuota sebesar 365.297 kilo liter untuk tahun 2022, sedangkan tahun 2021 Aceh mendapat 373.548 Kilo liter/tahun.