Meski demikian, pilihannya untuk hanya menjual Pertalite masih menguntungkan meski tak seberapa.
Tauhid hanya mendapatkan untung Rp 40.000 dari penjualan satu jeriken Pertalite.
"Karena saya ini (jual bensin) cuma sampingan, saya juga jual es balokan. Kalo cuma jual ini (bensin) doang berat, enggak mencukupi kebutuhan, untuk makan aja enggak cukup," ujar Tauhid yang sudah berjualan sekitar 10 tahun itu.
Sementara itu, Siswo (55) sejak tujuh bulan lalu hanya menjual bensin eceran jenis Pertalite di Jalan Sindang, Koja, Jakarta Utara.
Oleh karena itu, kenaikan Pertamax tidak mempengaruhi penjualannya.
Harga per botol Pertalite yang dijual Siswo yakni Rp 10.000, sesuai instruksi dari bosnya.
"Saya enggak naikin Pertalite karena di sini saya sudah banyak langganan. Kalau kata bos naikin, naikin. Saya cuma nungguin aja," kata Siswo.
Setiap harinya, Siswo menjual 40 botol Pertalite. Namun, jika sedang ramai, Siswo bisa menjual 60 botol.
Dari setiap botol Pertalite yang dijual, Siswo mendapatkan Rp 1.000 untuk pendapatannya.
"Kalau sekarang agak menurun (pembelinya) karena ada pemberitaan naik dan penjual eceran juga sudah banyak," ucap Siswo.
Baca Juga: Harga Lagi Mahal, Enggak Semua Tahu Pertamax Cuma Singkatan, Ini Kepanjangannya