Survei KNKT dan MTI Bilang Motor Matik Kurang Aman di Turunan, Sempat Ada Imbauan

Ferdian,Harun Rasyid - Sabtu, 18 Juni 2022 | 18:40 WIB

Ilustrasi mengendarai motor matik (Ferdian,Harun Rasyid - )

Otomotifnet.com - Enggak perlu tekan kopling dan oper gigi jadi keunggulan motor matik.

Untuk pasar Indonesia, motor matik menawarkan kubikasi mesin yang beragam, mulai dari 110 cc sampai 250 cc ke atas.

Hal ini membuat motor matik cukup dapat diandalkan untuk melintasi berbagai medan jalan, termasuk saat melibas tanjakan.

Namun Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bersama Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI,) menilai motor matik terbilang kurang aman untuk jalanan menurun yang panjang.

Djoko Setijowarno, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, menyebut pihaknya dan KNKT sempat melakukan survei tentang peningkatan keselamatan pengguna jalan dan pencegahan kecelakaan pada ruas jalan.

Lokasinya berada di Jalan Bandungsari-Salem (Gunung Lio), Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

"Dari hasil survey, seringkali terjadi kecelakaan pada motor yang mayoritasnya bertransmisi otomatis. Sebab engine brake motor matik kurang optimal dalam mengurangi kecepatan saat kendaraan melintasi turunan panjang," ujarnya dalam rilis resmi MTI (17/6/2022).

Kemudian dari hasil survei KNKT di 2020, ditemukan banyak kecelakaan motor yang mengakibatkan banyak korban jiwa di lokasi tersebut.

"Selama kurang lebih satu tahun telah terjadi kecelakaan motor di ruas jalan Gunung Lio yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia, dan 95 persen di antaranya menggunakan motor matic," sebut Djoko.

Kecelakaan motor matik di turunan, dilaporkan juga terjadi di wilayah lainnya seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Probolinggo, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Ijen di Banyuwangi, Pendakian Gunung Buthak di Malang, hingga Taman Wisata B-29 di Lumajang.

"Di beberapa tempat tersebut sebenarnya pemerintah daerah setempat telah memasang spanduk berisi larangan menaiki gunung dengan motor matik. Tapi pemasangan spanduk tersebut mendapat protes dari masyarakat yang menginginkan bepergian naik turun gunung menggunakan motor matik," terang Djoko.

Protes tersebut, berujung pada penurunan spanduk peringatan soal bahaya menggunakan motor matik di kawasan tersebut.

Lebih lanjut, KNKT kini telah mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak terlalu memaksakan penggunaan kendaraannya.

Artinya gunakanlah kendaraan sesuai dengan fungsi dan kemampuan yang dimiliki, sebab berkendara dengan baik adalah kunci utama keselamatan.

Sebagai catatan, MTI juga menyatakan bahwa setiap kendaraan yang dirancang oleh pabrikan memiliki kegunaan yang harus disesuaikan dengan maksud dan tujuannya masing-masing.

Jadi demi meminimalisir kejadian serupa terulang, MTI menyarankan agar diadakannya sosialisasi safety riding terkait penggunaan motor bertransmisi otomatis oleh kementerian terkait.

"Sedangkan untuk pabrikan atau industri motor, selain memberikan buku manual pemeliharaan kendaraan juga diterbitkan buku panduan keselamatan berkendara," tutup Djoko.

Baca Juga: Langsung Dari Ahlinya, Motor Matik Bekas Tabrakan Ketahuan, Ini Ciri-cirinya