Otomotifnet.com – Pada beberapa mobil, baik itu mobil diesel maupun bensin, ada yang dilengkapi sistem EGR atau Exhaust Gas Recirculation.
Fungsi EGR ini adalah untuk menekan emisi gas buang, terutama terhadap gas beracun NOx dan HC (hydrocarbon).
Cara kerjanya adalah mensirkulasikan sebagian gas hasil pembakaran, untuk dikembalikan lagi ke intake manifold, yang nantinya akan disedot lagi ke dalam ruang bakar.
“EGR ini juga berfungsi menjaga agar suhu di ruang bakar tidak terlalu ekstrem,” tukas Ferry Titus, owner bengkel Protuning di BSD, Tengsel.
Baca Juga: EGR Mobil Diesel Bak Bomerang, Emisi Bersih Tapi Intake Jadi Korban
Hal senada juga diungkapkan Sumarno, punggawa Masmun Sukses Motor yang markasnya ada di Solo, Jawa Tengah.
““Tugas utama EGR ini sebenarnya untuk menurunkan suhu ruang bakar, guna menjaga temperatur ruang bakar di bawah 1.500 derajat Celcius,” jelasnya
Pria yang pernah jadi trainer mekanik di salah satu pabrikan Jepang ini menyebutkan bila suhu ruang bakar terlalu tinggi, akan mengakibatkan hasil pembakaran cendrung menghasilkan kadar NOx yang tinggi pula.
Makanya keduanya sepakat bahwa merupakan hal yang salah kaprah bila EGR ini dimatikan atau dinon aktifkan, dengan alasan untuk mendapatkan performa mesin lebih baik.
Buktinya Kijang Innova diesel milik Ferry yang sudah dupgrade performanya dengan mengganti turbo beserta piping-pipingnya, plus ECU-nya diremap hingga mampu hasilkan tenaga 363 dk dan torsi 646,8 Nm, EGR-nya masih tetap aktif alias bekerja sebagaimana mestinya.
Sebab bila dinonaktifkan, ketika suhu di ruang bakar melonjak drastis, selain bikin emisi gas buang jadi buruk, juga dapat membuat tenaga mesin drop perlahan-lahan.