Susiwijono kembali mengungkapkan, alokasi subsidi untuk Pertalite dinilai kurang efektif.
Pasalnya, masih banyak mobil mewah yang memakai BBM subsidi tersebut.
"Kalaupun misalnya naik kita akan buat agar jangan terlalu berat, dan yang pasti kalau ada kenaikan kita siapkan bansos-bansos lagi dan ini lebih fair," ungkap Susiwijono.
"Karena kalau harga yang sekarang, semua ini menikmati. Yang pakai mobil-mobil juga pakai. (Seharusnya subsidi) ini bisa kita alirkan ke bansos," tandasnya.
Sedangkan sinyal paling kuat disampaikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Ia mengatakan, presiden Joko Widodo kemungkinan akan mengumumkan kenaikan harga Pertalite dan Solar pada pekan ini.
Luhut mengungkapkan, harga BBM subsidi saat ini sudah membebani APBN hingga Rp 502 triliun.
"Nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa bagaimana mengenai kenaikan harga ini (BBM subsidi)," sebutnya.
"Jadi Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian karena kita harga BBM termurah di kawasan ini," ujarnya.
"Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita," katanya.
Luhut mengatakan, hal itu akan tergantung dari besaran harga kenaikan harga Pertalite dan Solar.
Luhut mengatakan, kebijakan kenaikan harga BBM merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengurangi beban APBN.
Selain itu, pemerintah juga mengaku sudah melakukan upaya peralihan ke kendaraan listrik dan penggunaan biofuel.
Baca Juga: Harga Pertalite Kalau Jadi Rp 10 Ribu Per Liter, Dampak Mengerikan Bagi Kelas Menengah ke Bawah