Faktor lain yang harus diperhatikan, selain menikmati harga BBM lebih murah, Malaysia juga memiliki GDP per kapita jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Pada tahun 2020, GDP per kapita Indonesia adalah sebesar 3.869 dollar AS atau setara dengan Rp 55,57 juta. Sementara GDP per kapita Malaysia tiga kali lipatnya, yakni 10.401 dollar AS atau setara Rp 149,40 juta.
Laporan Picodi yang dikutip dari The Malaysian Reserve, juga menyebutkan bahwa Malaysia berada di peringkat kelima dalam hal rasio harga bensin paling terjangkau dengan gaji rata-rata setelah mengesampingkan negara-negara di Timur Tengah.
Di mana satu orang warga Malaysia dapat membeli 1.707 liter bensin dengan satu kali gaji sebulan. Selandia Baru berada di peringkat keempat dengan 1.852 liter, sedangkan Korea Selatan di peringkat ketiga dengan 1.908 liter.
Di tempat kedua adalah Jepang dengan 2.006 liter.
Australia menduduki puncak daftar, di mana satu gaji dapat membeli 3.783 liter bensin.
Di luar grafik, bagaimanapun untuk negara-negara Petrodollar di Timur Tengah seperti Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab memiliki rasio lebih besar lagi.
Di mana satu gaji dapat membeli antara 4.900 dan 6.500 liter bensin.
Ngomongin harga, harga BBM di Malaysia yang relatif sangat rendah dibanding dengan negara-negara ASEAN lain tak lepas dari kebijakan subsidi pemerintah.
Seperti halnya Indonesia, pemerintah Malaysia juga memberikan subsidi pada produk BBM-nya.
Namun bedanya, Indonesia memberikan subsidi pada produk BBM dengan kualitas lebih rendah seperti Solar subsidi dan memberikan kompensasi pada bensin dengan nilai oktan RON 88 alias Premium dan RON 90 Pertalite.
Sedangkan Malaysia, langsung memberikan subsidi pada produk bensin dengan kualitas dan nilai oktan lebih tinggi, yakni RON 95, yang secara kualitas oktannya berada di atas Petamax yang memiliki RON 92.
Dilansir dari Reuters, Menteri Keuangan Malaysia Tengku Zafrul Aziz mengatakan, sepanjang tahun 2021, Malaysia menghabiskan 11 miliar ringgit untuk subsidi BBM.
Pemerintah Malaysia berharap, dengan skema subsidi negara untuk BBM, masyarakat rentan bisa terbantu dan bisa memacu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
“Jadi kenaikan subsidi perlu diimbangi dengan tambahan pendapatan," kata Tengku Zafrul.
Baca Juga: Diskusi Panjang Para Menteri, Nasib Harga Pertalite Masih Belum Final